Dark/Light Mode

Kredit Juli Melambat, OJK Pastikan Keuangan Dalam Negeri Tetap Tahan Banting

Kamis, 3 Agustus 2023 20:54 WIB
Konferensi pers virtual OJK, Kamis (3/8). (Foto: Istimewa)
Konferensi pers virtual OJK, Kamis (3/8). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
 Dari dalam negeri, kinerja perekonomian nasional terpantau positif terutama pada dunia usaha, yang terlihat dari peningkatan surplus neraca perdagangan, kembali meningkatnya PMI Manufaktur Juli 2023 menjadi 53,3 dibanding pada Juni 2023 sebesar 52,5. Serta peningkatan utilitas kapasitas industri.

“Namun demikian, potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum masih perlu didorong, terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi inti, moderasi penjualan ritel dan optimisme konsumen,” jelasnya.

Sementara dari sisi perbankan, Mahendra meyakinkan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan reslien didikung permodalan solid dan likuidiitas memadai.

“Meski penyaluran kredit melambat pada Juni 2023, namun OJK menilai sektor jasa keuangan tetap tahan banting. Tercatat, kredit tumbuh positif 7,76 persen secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya atau Mei 2023 sebesar 9,39 persen,” ungkapnya.

Baca juga : OJK Gelar Literasi Keuangan Digital Di STIE Bandung

Sejalan dengan pengetatan likuiditas global, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh melambat jadi 5,79 persen yoy per Juni 2023, dibandingkan 6,55 persen per Mei 2023.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, di tengah pelemahan demand global, sektor perbankan Indonesia tetap resilien dengan fungsi intermediasi yang terjaga serta ditopang permodalan yang memadai.

“OJK mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas. Likuiditas industri perbankan pada Juni 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga,” ucapnya.

Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) turun masing-masing menjadi 119,05 persen dibanding Mei 2023 sebesar 123,27 persen, dan 26,73 persen, atau tetap jauh di atas treshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Baca juga : Temperan di Jombang, KAI Sayangkan Kecelakaan Kembali Terjadi

Dari kualitas kredit masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan stabil di level 0,77 persen (Mei 2023: 0,77 persen) dan NPL gross turun menjadi 2,44 persen dibanding Mei 2023 sebesar 2,52 persen.

Lalu, pemulihan yang terus berlanjut di sektor riil mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp11,03 triliun menjadi Rp 361,04 triliun, dengan jumlah nasabah turun 70 ribu menjadi 1,57 juta nasabah.

Adapun jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted (segmen, sektor, industri dan daerah tertentu yang memerlukan periode restrukturisasi kredit/pembiayaan tambahan selama 1 tahun sampai 31 Maret 2024) adalah 45,2 persen dari total porsi kredit restrukturisasi Covid-19 atau sebesar Rp 163,3 triliun.

Sementara, risiko pasar juga relatif rendah ditinjau dari Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat stabil rendah sebesar 1,50 persen (Mei 2023: 1,57 persen), jauh di bawah threshold 20 persen.

Baca juga : Muslimah Ganjar Adakan Sosialisasi Penanganan Dan Pencegahan Stunting Di Jakarta

Selanjutnya, risiko yang terkait dengan suku bunga juga melandai seiring dengan mulai melandainya yield SBN karena semakin terbatasnya ruang kenaikan Fed Fund Rate (FFR) di AS.

“Untuk mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul ke depan, kondisi industri perbankan tercatat cukup resilien dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan sebesar 25,41 persen,” kata Dian. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.