Dark/Light Mode

Netizen Bahas Utang Negara, Begini Penjelasan Kemenkeu

Rabu, 20 September 2023 14:33 WIB
Foto: Ist
Foto: Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Deni Ridwan, menyatakan perhitungan utang negara dengan cara dibagi per individu (menghitung per kapita) kurang tepat.

Sebab, hal itu tidak sesuai dengan kaidah perhitungan utang secara internasional.

"Secara internasional, kaidah umum perhitungan rasio utang per kepala itu tidak dikenal," kata Deni Ridwan dalam keterangannya, dikutip Rabu, (20/9).

Pernyataan tersebut menanggapi komentar netizen, yang ramai membahas utang negara dengan cara menunjukan pembagian total utangnya dengan jumlah penduduk Indonesia.

Hasilnya, tiap orang akan menanggung Rp 28 juta. Menurut Deni Ridwan, perhitungan yang kerap digunakan adalah perbandingan utang dengan Gross Domestic Product (GDP).

Hal itu sebagai gambaran dari ukuran ekonomi suatu negara, sekaligus kemampuan pemerintah mengumpulkan pajak.

Baca juga : Banyak Pengusaha Diperiksa Pajak Setelah Ketemu Anies? Begini Jawaban Kemenkeu

"Semakin kecil rasio debt to GDP menunjukkan suatu negara semakin aman atau mampu memenuhi kewajiban utangnya," jelas Deni.

Posisi utang Lemerintah Indonesia per akhir Juli 2023 sebesar Rp 7.855,53 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 37,78 persen.

Losisi tersebut di bawah ambang batas yang diperbolehkan UU No.1/2003 tentang Keuangan Negara, yakni 60 persen.

Bila dibandingkan dengan negara lain, posisi utang Indonesia juga tergolong lebih rendah.

Seperti, Malaysia 60,4 persen, Filipina 60,9 persen, Thailand 60,96 persen, Argentina 85 persen, Brazil 72,87 persen, dan Afrika Selatan 67,4 persen.

Oleh karena itu, Deni Ridwan memastikan, kondisi utang Indonesia masih aman dan dikelola dengan hati-hati.

Baca juga : KPK Panggil Sekretaris Badan Perencanaan Dan Pengembangan Kemenaker

Terlebih, defisit anggaran APBN saat ini sudah di bawah 3 persen dari GDP. Hal ini telah sejalan dengan komitmen konsolidasi fiskal agar segera kembali ke batas 3 persen hingga 2023.

"Dalam pengelolaan utang, kita tergolong sangat aman. Kita berkomitmen dalam pengelolaan utang ini, sehingga telah dinilai cukup kredibel oleh investor, baik di dalam atau luar negeri. Terupdate, Lembaga rating R&I memberikan afirmasi rating Indonesia BBB+ (plus) dan menaikkan outlook menjadi positif," terang Deni.

Faktor lain yang mendukung pengelolaan utang Indonesia sangat positif, kata Deni, adalah komposisi utang yang didominasi oleh domestik dibanding dari luar negeri.

Per akhir Juli 2023, outstanding utang domestik dalam mata uang Rupiah mencapai 72,4 persen.

Hal itu disebut Deni, menunjukkan pengelolaan utang semakin aman karena diterbitkan sekitar 72 persen dalam mata uang rupiah dan dijual di pasar domestik. Resiko currency-nya semakin kecil.

Deni menyebut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPRR) Kemenkeu memiliki strategi untuk menjaga agar pengelolaan utang Indonesia makin baik.

Baca juga : PPP: Nggak Ada Yang Aneh Dari Pernyataan Presiden Jokowi

Pertama, dari sisi volume diupayakan makin berkurang. Lalu dari segi komposisi, penerbitan utang dalam mata uang rupiah diprioitaskan.

"Berikutnya, kita juga kurangi refinancing risk atau menjaga rata-rata jatuh tempo semakin panjang. Saat ini rata-rata jatuh tempo utang kita pada 8,15 tahun," jelas Deni.

Selanjutnya, adalah dengan meningkatkan peran dari investor ritel. Mengingat saat ini minat masyarakat untuk berinvestasi pada SBN Ritel cukup besar, sekaligus memberikan ruang investasi yang aman bagi masyarakat.

Pihaknya tidak ingin menggunakan SBN Ritel tidak sekadar alat untuk mendapatkan pembiayaan untuk APBN, tetapi juga sebagai alat untuk redistribusi kekayaan.

Karena selama ini, investor SBN itu kebanyakan adalah institusi, yang nantinya bisa individu.

"Sehingga masyarakat punya opsi lebih untuk berinvestasi dengan imbal hasil yang baik dan aman, sekaligus berkontribusi pada pembangunan," tandas Deni.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.