Dark/Light Mode

Fokus Ke Manufaktur

Negara Yang Masih Bergantung Migas Bakal Menderita

Senin, 30 September 2019 09:18 WIB
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia akan melepas ketergantungan dari industri minyak dan gas (migas) dengan fokus ke Industri manufaktur. Negara yang masih bergantung pada migas akan menderita. 

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, mengatakan, mengubah paradigma terhadap migas ini perlu dilakukan agar tidak bernasib sama seperti Arab Saudi. 

“Jika dahulu migas diandalkan sebagai penghasil devisa, sekarang migas perlu dijadikan sebagai faktor produksi untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur,” kata Bambang di Jakarta. 

Dia mengibaratkan Indonesia sekarang seperti Arab Saudi pada periode 1970-an. Saat itu, Arab Saudi sangat menggantungkan pendapatan negaranya dari migas. Meski begitu, akhirnya Arab Saudi bisa tumbang lantaran harga minyak yang fluktuatif.

Baca juga : Bentuk Satgas Kabut Asap, Singapura Tawarkan Bantuan Pada Indonesia

“Negara yang bergantung pada minyak dan gas ternyata bisa menderita. Arab Saudi, menderita ketika harga minyak drop. Negara yang sebelumnya tidak pernah berutang, akhirnya berutang,” sambung Bambang. 

Dikatakannya, Indonesia pernah sangat bergantung pada migas pada periode 1970-1980- an karena menjadi penyumbang devisa terbesar negara.

 “Kita bisa melihat pertumbuhan ekonomi 7,5 persen per tahun ketika migas masih mendominasi ekonomi Indonesia, migas menjadi sumber pendapatan negara, mendominasi APBN. Itu sampai periode tahun 79,” katanya. 

Setelah itu, tidak ada lagi perang di Timur Tengah, ekonomi Indo nesia pun mengalami perubahan. “Ketika migas menjadi komoditas, ternyata harganya tidak dipastikan lagi tinggi dan stabil,” jelasnya. 

Baca juga : Tokoh Pemuda dan Menteri Negara Ethiopia Sampaikan Duka Untuk Mendiang BJ Habibie

Ke depan, Bambang optimis, perubahan paradigma migas ini membuat Kementerian Perindustrian bisa menggenjot sektor manufaktur seperti pada era 80-90an. 

“Saya ingin sektor manufaktur bangkit kembali dan input manufaktur adalah energi, salah satunya minyak dan gas,” ujarnya. 

Untuk mengurangi ketergantungan industri migas, pemerintah juga mengembangkan produksi bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit (CPO). 

“Selain biosolar untuk bahan bakar mesin diesel, pemerintah juga terus mengembangkan pengolahan CPO menjadi berbagai jenis bahan bakar, salah satunya avtur, untuk bahan bakar pesawat terbang,” kata Menko Perekonomian Darmin Nasution beberapa waktu lalu. 

Baca juga : Menhub Gelar Sayembara Desain Tiga Bandara

Presiden Jokowi juga telah mengarahkan perusahaan-perusahaan kelapa sawit dapat mendorong pemrosesan minyak sawit menjadi bahan bakar ramah lingkungan. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.