Dark/Light Mode

Jelang Nataru, Rekayasa Lalin Lebih Dipilih Pengusaha Daripada Larangan Melintas

Jumat, 24 November 2023 20:31 WIB
Ilustrasi kemacetan lalu lintas. Foto: Unsplash/Ashwini ChaudharyMonty)
Ilustrasi kemacetan lalu lintas. Foto: Unsplash/Ashwini ChaudharyMonty)

RM.id  Rakyat Merdeka - Diperkirakan, ada 107,64 juta pergerakan orang saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Para pengusaha berharap, pemberlakukan rekayasa lalu lintas lebih dipilih pemerintah untuk mengurai kemacetan, daripada menerapkan larangan melintas untuk angkutan barang.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto berpandangan larangan angkutan logistik melintas saat momen-momen libur panjang justru akan merugikan masyarakat. Sebab harga-harga barang akan naik akibat kurangnya pasokan. 

"Selain itu, masyarakat juga akan merasakan kelangkaan barang apabila angkutan logistik tidak sampai tepat waktu,” kata Mahendra.

Baca juga : Perangkat Desa Dukung Capres-Cawapres 2024, Puan: Nggak Ada Larangannya

Tak cuma masyarakat, pelarangan angkutan logistik juga akan membebani pengusaha. Karena, pengusaha, sebutnya harus memproduksi barang lebih banyak dan lebih cepat untuk disalurkan ke daerah. 

Kondisi ini kata Mahendra akan menguras lebih banyak biaya. Mulai dari kenaikan harga bahan baku, operasional produksi, upah lembur hingga kenaikan ongkos truk.

Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Subandi berharap pemerintah dapat mengundang kalangan industri sebelum merumuskan aturan pengaturan lalu lintas selama libur panjang seperti Nataru maupun lebaran. Tujuannya agar pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang bisa mengakomodir kepentingan semua pihak.

Baca juga : Relawan Santri Ganjar Berdayakan Remaja Masjid Agar Lebih Melek Dunia Digital

Jika tidak, ia memperkirakan bakal ada efek domino yang akan dihadapi banyak pihak jika kemacetan hanya diantisipasi dengan melarang angkutan logistik melintas. 

"Kerugiannya panjang, sementara karyawan tetap harus dibayar. Nanti ada kontrak-kontrak supplier dengan distributor tidak bisa dipenuhi. Jadi, efeknya bukan hanya di industri saja tapi ke para supplier dan distributor yang memang betul ada kerjasama dengan industri itu," tandasnya.

Bahkan, saat kontainer tertahan di pelabuhan saja, sebutnya, kerugian industri ekspor impor bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.