Dark/Light Mode

Bos BI Optimis Target 2024 Tercapai

Insya Allah, Pertumbuhan Ekonomi Di Atas 5 Persen

Jumat, 2 Februari 2024 08:16 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto : Ist)
Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto : Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 di atas 5 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal yang harus didorong untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah pertumbuhan kredit. Ini akan berimbas pada bergeliatnya dunia usaha, investasi dan konsumsi.

“Optimis, bahwa pertumbuhan kita tahun ini Insya Allah bisa sedikit di atas 5 persen, yaitu kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen. Tahun depan, Insya Allah bisa naik 4,8 persen sampai 5,6 persen,” ujar Perry Dalam Seminar Starting Year Forum 2024: Stabilitas Moneter di Tengah Dinamika Ekonomi 2024 di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

Ia menerangkan, optimisme tersebut didasarkan pada kinerja perekonomian Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Sebab, kinerja ekonomi Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Apalagi inflasi nasional terus terkendali dalam kisaran sasaran, yang mana pada 2023 inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 2,61 secara year on year (yoy), alias tetap terjaga dalam kisaran target 3 persen plus minus 1 persen.

Inflasi tersebut, sambung Perry, merupakan salah satu yang terendah di dunia atau hampir sama dengan Jepang sebesar 2,6 persen.

“Pada 2024, inflasi diproyeksikan terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Sedangkan kredit perbankan akan meningkat 10-12 persen,” bebernya.

Baca juga : Waspada Pertumbuhan Ekonomi Kita Terganggu

Tak hanya itu, Indonesia juga mengalami surplus perdagangan, sehingga mampu menjaga ketahanan eksternal. Tercatat, surplus neraca perdagangan berlanjut pada Desember 2023 sebesar 3,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 52,01 triliun.

Menurut Perry, hal ini dipengaruhi oleh kinerja ekspor komoditas utama Indonesia yang tetap kuat, seperti batu bara, besi dan baja.

Di samping itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2023 naik menjadi 146,4 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. BI juga memastikan, rupiah akan tetap stabil dan cenderung menguat melalui penguatan kebijakan moneter yang prostability.

“Rupiah memang sekarang agak naik turun, kami yakin di semester kedua akan apresiasi mengarah kepada fundamentalnya,” yakin Perry.

Ia menambahkan, pihaknya akan memperkuat kebijakan makroprudensial yang tetap pro-growth atau mendorong pertumbuhan. Serta memastikan likuiditas di perbankan lebih dari cukup untuk meningkatkan penyaluran kredit.

“Kami akan pastikan likuiditas di perbankan lebih dari cukup sepanjang perbankan juga mau me-repo-kan surat berharga negara yang dimiliki,” imbuhnya.

Baca juga : Dorong Pertumbuhan Ekonomi, RDG BI Pertahankan BI-Rate Di Angka 6,00 Persen

Perry juga meyakini, bahwa Fed Fund Rate (FFR) memiliki probabilitas akan menurun. “Baseline kami, Fed Rate akan turun di semester dua. Belum akan turun di semester satu.

(Sebanyak) tiga kali. Berapa banyak? 75 basis point (bps),” katanya, memproyeksi. Perry melihat, pola suku bunga The Fed lebih jelas menujukkan penurunan.

Hal ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang sulit diprediksi trennya akan naik atau turun. Perry menegaskan, optimisme diperlukan dalam menghadapi berbagai tantangan pada 2024.

Antara lain, meningkatnya tensi geopolitik yang berpotensi menahan proses disinflasi dan risiko perlambatan ekonomi global yang lebih tajam. Sehingga prospek ekonomi dunia masih melambat dan menunjukkan ketidakpastian.

Namun setidaknya, imbuh dia, dinamika dan gelombang yang ada tidak sebesar seperti yang terjadi pada 2-3 tahun terakhir. “Ada 54 negara mengadakan Pemilu (Pemilihan Umum) tahun ini. Jadi, tentu saja ada dinamika politik cross the globe. Just face it,” tandasnya.

Dia lalu membeberkan, secara global, ekonomi dunia juga ikut melambat. Pada 2023 tercatat pertumbuhannya sekitar 3 persen, pada 2024 ini diprediksi turun menjadi 2,8 persen, dan tahun 2025 bakal kembali lagi ke level 3 persen.

Sementara Amerika Serikat mencatatkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu sekitar 3 persen. Tahun ini diprediksi turun ke 1,3 persen, dan tahun depan diprediksi naik lagi ke 1,8 persen.

Baca juga : Ganjar Sebut Industri Kreatif Wujud Pertumbuhan Ekonomi Baru

“China yang tahun lalu sekitar 5 persen, tahun ini 4,6 persen, tahun depan (bakal) turun lagi. Bagi bapak ibu yang berdagang dengan China, Look at that. Properti China masih berat untuk recovery. Harga komoditas agak turun, itu adalah yang terjadi,” terang Perry.

Karena itu, untuk menghadapi ketidakpastian tersebut, pihaknya telah meluncurkan inovasi dan program transformasi berbasis teknologi dan digitalisasi.

Termasuk menjalin kolaborasi yang menjadi kunci dalam menghadapi tantangan, khususnya untuk menghadapi volatilitas di 2024. Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Aida S Budiman turut menyoroti isu utama yang dinilai penting menjadi perhatian bagi Bank Sentral.

Yaitu, dinamika dalam dunia keuangan global pada 2024, yang diawali dengan optimisme yang memerlukan kewaspadaan. “Kami juga menekankan isu terkait strategi kunci untuk menghadapi tantangan, strategi bauran kebijakan BI mengacu pada Consistency, Innovation and Synergy (CIS),” tandasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.