Dark/Light Mode

Kemenperin Kerek Pertumbuhan Industri Petrokimia

Kamis, 29 Februari 2024 15:05 WIB
Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Putu Nadi Astuti. (Foto: Aditya/RM.id)
Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Putu Nadi Astuti. (Foto: Aditya/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pertumbuhan industri petrokimia. Selama ini, industri petrokimia bersama-sama dengan industri logam dan baja sering dijadikan sebagai benchmark tingkat kemajuan suatu negara karena merupakan basis bagi industri manufaktur.

Hal tersebut disampaikan Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Putu Nadi Astuti saat media workshop media Chandra Asri Group yang bertema “Hilirisasi pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Bandung, Kamis (29/2/2024).

“Keberadaan industri petrokimia merupakan salah satu pilar industri nasional yang perlu dikembangkan melalui penguatan struktur dari hulu (upstream) hingga produk hilir (consumer goods) untuk memenuhi kebutuhan domestik berupa pangan, sandang dan papan,” ujarnya.

Baca juga : Ini Biang Kerok Pertumbuhan Industri Kimia Hulu Melorot

Menurut dia, produk-produk petrokimia sebagian telah diproduksi di dalam negeri. Namun, belum mencukupi kebutuhan domestik sehingga perlu diimpor dari berbagai negara yang nilainya lebih dari 9,5 miliar dolar AS pada tahun 2023 dan akan terus meningkat pada masa yang akan datang.

“Pemerintah telah menetapkan kebijakan pengembangan industri petrokimia dalam Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015- 2035,” katanya.

Menurut Putu, ada beberapa tantangan di industri petrokimia. Misalnya, nilai investasi petrokimia sangat tinggi, sehingga membutuhkan kepastian iklim usaha. “Pada saat ini belum ada instrumen yang dapat memberikan jaminan perkembangan investasi,” katanya.

Baca juga : Kunci Sukses Belajar Online: Perlu Kemampuan Literasi dan Etika Digital

Sumber bahan bakunya juga mayoritas masih diperoleh dari impor. Sementara, pesaingnya memiliki sumber bahan baku murah dan kapasitas besar, seperti Uni Emirat Arab, China dan Singapura.

Kemudian, industri petrokimia nasional belum terintegrasi secara optimal sehingga pabrik kurang efisien. Selain itu, isu lingkungan juga menjadi tantangan industri petrokimia. “Isu lingkungan, penyusunan plastic treaty dan kebijakan lain seperti cukai plastik,” katanya.

“Target dekarbonasi global yang berdampak pada kepastian akan pengembangan industri petrokimia di masa depan,” tambahnya.

Baca juga : Resmikan HRS Pertama di Indonesia, PLN Banjir Apresiasi

Untuk meningkatkan industri petrokimia, Pemerintah memiliki beberapa kebijakan. Misalnya, memberikan Tax Holiday dan Mini Tax Holiday untuk menarik investasi di sektor Petrokimia. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk industri petrokimia.

Ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini

Ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini mengatakan, pengembangan industri petrokimia sangat penting karena turunannya banyak. “Kita sangat terlambat memasukannya dan ini jadi kerugian ekonomi,” ujarnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.