Dark/Light Mode

Transformasi Bisnis, Chandra Asri Garap Infrastruktur

Jumat, 1 Maret 2024 19:44 WIB
Direktur Legal, External Affairs  Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai. (Foto: Ist)
Direktur Legal, External Affairs Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah tantangan yang dihadapi industri kimia di Indonesia, Chandra Asri Group melakukan transformasi bisnisnya menjadi perusahaan solusi kimia dan infrastruktur. Langkah ini diharapkan bisa memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Direktur Legal, External Affairs & Circular Economy Chandra Asri Group, Edi Rivai menjelaskan, Chandra Asri Group telah melakukan transformasi secara menyeluruh untuk menjadi pemimpin pasar di industri petrokimia dan mengembangkan usahanya dalam mendukung keberlanjutan. Transformasi ini mencakup bidang petrokimia, kimia organik dan anorganik, serta infrastruktur.

“Harapannya, transformasi ini akan memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan pajak dan penciptaan lapangan kerja. Industri hulu petrokimia terintegrasi, memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian,” ujarnya saat workshop media Chandra Asri Group yang bertema “Hilirisasi pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Bandung, Kamis (29/2/2024).

Baca juga : Bank Mandiri Komit Salurkan Kredit Infrastruktur Rp 301,77 Triliun

Nantinya, bisnis infrastruktur akan dikelola melalui anak usahanya yang bernama PT Chandra Daya Investasi (CDI). Sementara itu, bisnis energi dijalankan oleh Krakatau Chandra Energi (KCE), bisnis air dijalankan oleh Krakatau Tirta Industri (KTI), dan bisnis jetty and tank akan dikelola Redeco Petrolin Utama.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Hubungan Korporat TPIA, Suryandi mengatakan, bisnis infrastruktur tersebut akan memperkuat kinerja laba dari perseroan secara konsolidasi lantaran model bisnisnya yang lebih stabil. “Tentu saja bottomline lebih stabil dibanding petrokimia yang fluktuatif. Secara konsolidasi memperkuat bottomline Chandra Asri, tapi bukan infrastruktur yang tidak berkaitan dengan perseroan,” ujarnya.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Hubungan Korporat TPIA, Suryandi.

Menurut Edi, dengan kapasitas produksi 4,2 juta ton, Chandra Asri Group merupakan produsen terbesar di industri ini, diikuti oleh Lotte Chemical, Pertamina, dan TPPI. Namun, Indonesia memiliki target untuk mengurangi impor produk petrokimia sebesar lima persen, dan pertumbuhan Chandra Asri Group diharapkan dapat membantu mencapai target ini.

Baca juga : 2023, BTN Kantongi Laba Rp 3,5 Triliun

Edi mengatakan, Chandra Asri Group telah mengalami pertumbuhan eksponensial sejak sekitar tahun 2011, dengan rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi Polypropelene hingga 2,5 juta ton dan membangun PT Chandra Asri Alkali (CAA) dengan kapasitas tambahan 500.000 ton per tahun. Strategi perusahaan ini meliputi pertumbuhan eksponensial dalam bidang kimia dan bisnis, keberlanjutan, dan transformasi digital.

Chandra Asri Group juga aktif dalam inisiatif sirkular ekonomi dengan menggunakan sampah plastik dari TPA untuk menciptakan produk yang digunakan oleh industri kecil menengah di Cilegon dan nelayan setempat. Perusahaan juga fokus pada peningkatan kualitas hidup nelayan melalui program ekonomi dan kesadaran.

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan inovasi, Chandra Asri Group menggunakan teknologi digital untuk mempercepat proses bisnis, mengurangi tingkat sampah, dan meningkatkan keputusan maintenance serta profesionalisme. Teknologi digital juga digunakan untuk membangun infrastruktur terkemuka di Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.