Dark/Light Mode

Strategi Sustainability: Teknologi Co-firing & Ekonomi Sirkular di Indonesia

Kamis, 11 April 2024 21:29 WIB
Limbah sekam padi dari sektor pertanian dapat dimanfaatkan menjadi biomassa melalui teknologi co-firing untuk menciptakan ekonomi sirkular. (Sumber: mediatani.co)
Limbah sekam padi dari sektor pertanian dapat dimanfaatkan menjadi biomassa melalui teknologi co-firing untuk menciptakan ekonomi sirkular. (Sumber: mediatani.co)

Dewasa ini, transisi energi dari konvensional menuju energi terbarukan sedang menjadi perhatian hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Semenjak Paris Agreement disahkan pada Tahun 2015, Pemerintah Indonesia menyatakan komitmennya untuk memitigasi perubahan iklim, dengan rencana menurunkan emisi pada tahun 2030 sebesar 31,39% dengan usaha sendiri dan 43,20% dengan bantuan internasional.

Namun, permasalahan yang ada saat ini adalah pemanfaatan energi terbarukan nasional pada tahun 2022 yang baru mencapai 12,3% dari target 23% pada tahun 2025. Menurut laporan dari Joint Research Centre (JRC) pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan sebesar 1240,83  dan menyumbang 2,31% terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Global. Hasil emisi GRK ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengalami peningkatan emisi GRK tertinggi, yakni mencapai 10% dari tahun sebelumnya di 2021.

Gambar 1. Emisi GRK yang dihasilkan dari berbagai sektor di Indonesia pada tahun 2022. (Sumber: katadata.co.id)

Baca juga : Usia Sewindu, Aruna Agresif Jadi Pionir Teknologi Seafood di Indonesia

Sebagian besar peningkatan volume emisi GRK disebabkan oleh akselerasi pengembangan energi terbarukan masih belum optimal dan masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti batubara. Oleh karena itu, berbagai langkah percepatan transisi energi dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan baik di tingkat pemerintah maupun swasta, salah satunya adalah menerapkan teknologi co-firing biomassa.

Co-firing merupakan metode substitusi batubara pada rasio tertentu dengan bahan biomassa. Terdapat 3 (tiga) jenis teknologi co-firing, yaitu direct co-firing yang mencampurkan secara langsung batubara dan biomassa, indirect co-firing yang akan mengasifikasi biomassa menjadi syngas sebelum dicampurkan dengan boiler pada batubara, dan parallel co-firing yang menggunakan 2 boiler terpisah untuk masing-masing bahan bakar (skema dapat dilihat pada Gambar 2).

Penggunaan teknologi co-firing biomassa sedang menjadi tren dan sudah banyak ditemukan di Indonesia. PT PLN (Persero) sebagai perusahaan milik negara telah mengembangkan roadmap untuk mengimplementasikan teknologi co-firing pada 52 PLTU Batubara milik PLN di seluruh Indonesia. Dengan memperkenalkan metode co-firing pada PLTU Batubara, PLN dapat berkontribusi hingga mencapai 5% bauran energi terbarukan pada tahun 2025 terhadap kebijakan energi nasional di Indonesia. Penggunaan teknologi co-firing biomassa juga dinilai dapat mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dan menurunkan tingkat emisi GRK pada proses produksi di sektor industri.

Baca juga : Semoga Pertumbuhan Ekonomi Terdongkrak

Gambar 2. Skema co-firing biomassa menuju boiler konvensional (Mun, et al., 2022).

Selain itu, implementasi teknologi co-firing juga berpotensi menciptakan ekonomi sirkular pada sektor pertanian sebagai sumber bahan baku biomassa. Dalam jurnal Ellen MacArthur Foundation berjudul “Towards a Circular Economy: Business Rationale for an Accelerated Transition,” dijelaskan bahwa ekonomi sirkular didasarkan pada 3 (tiga) prinsip utama, yaitu:

  1. Melestarikan dan meningatkan sumber daya alam dengan mengontrol persediaannya yang terbatas dan menyeimbangkan aliran sumber daya yang terbarukan.
  2. Optimalisasi hasil pemanfaatan sumber daya dengan sirkulasi produk, komponen, dan bahan terpakai pada tingkat pemakaian tertinggi di setiap waktu, baik dalam siklus teknis maupun biologis.
  3. Meningkatkan efektivitas sistem dengan mendesain sistem yang menghilangkan eksternalitas negatif.

Gambar 3. Illustrasi aliran ekonomi sirkular menggunakan butterfly diagram. 
(Sumber: Ellen MacArthur Foundation, 2019)

Berdasarkan prinsip diatas, ekonomi sirkular bertujuan untuk meningkatkan efisiensi aliran produk dan material. Aliran ini diilustrasikan dengan Butterfly Diagram (dapat dilihat pada Gambar 3). Sebagai contoh, Danone SN dan BECIS membangun Boiler Biomassa berbahan bakar sekam padi pada PT Sarihusada Generasi Mahardia, Jawa Tengah. Boiler ini dapat menghasilkan energi hingga 6 Ton Steam/jam dan mengurangi jejak karbon hingga 32%. Hasil pembakaran sekam padi menghasilkan uap untuk proses produksi dan dua material sisa: gas buang dan abu sekam. Gas buang diolah untuk mencapai standar lingkungan, sedangkan abu sekam yang kaya akan silika digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. 

Baca juga : Sarinah & InJourney Group Bangun Ekosistem Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Gambar 4. Inagurasi Boiler Biomassa Berbahan Bakar Sekam Padi di PT Sarihusada Generasi Mahardia, Jawa Tengah. (Sumber: DJEBTKE, 2022)

Melalui contoh di atas, pengembangan teknologi co-firing biomassa dengan menggunakan bahan bakar sekam padi memiliki potensi untuk menimbulkan ekonomi sirkular antara industri dan juga pertanian. Penggunaan sekam padi yang bersifat limbah menjadi bahan bakar biomassa serta hasil pembakaran yang dapat digunakan sebagai pupuk pada sektor pertanian dapat mengurangi konsumsi bahan baku dan material dalam kegiatan produksi dari kedua sektor. Sehingga, sumber daya alam yang perlu digunakan hanya sedikit dan dapat dikontribusikan pada keberlajutan lingkungan (environmental sustainability). 

Pencapaian environmental sustainability melalui implementasi teknologi co-firing biomassa dihadapkan dengan berbagai tantangan seperti sumber bahan baku dan pemilihan teknologi. Sehingga, dibutuhkan strategi penerapan ekonomi sirkular secara tepat sasaran antara sektor pertanian dengan sektor industri, diantaranya:

1. Identifikasi spesifikasi Industri secara komprehensif 

Tinjauan lebih mendalam dilakukan terhadap spesifikasi teknis dan operasional dari komponen dan unit yang digunakan saat ini, seperti jenis boiler yang digunakan pada pabrik saat ini, kapasitas boiler yang digunakan pada pabrik, efisiensi panas yang dihasilkan dari proses, dan standar kalor yang perlu dicapai pada proses pemanasan untuk memenuhi tingkat produksi. Tinjauan spesifikasi berperan sebagai standar yang menjadi acuan saat melakukan penentuan teknologi.

2. Desain Sistem (System Design) untuk menciptakan Ekonomi Sirkular

Tahap desain sistem memerlukan kolaborasi antara sektor industri dan pertanian. Petani dalam sektor pertanian berperan dalam mengestimasi produksi biomassa sekam padi untuk proses industri. Sementara itu, sektor industri menentukan metode co-firing dan teknologi biomassa yang tepat berdasarkan potensi dan spesifikasi industri. Aspek teknis seperti strategi produksi, kualitas, teknologi, kapasitas produksi, manajemen persediaan, serta prinsip-prinsip ekonomi sirkular juga diterapkan untuk memastikan operasi industri tidak hanya efisien, tetapi juga berkelanjutan. 

3. Kebijakan pemerintah terkait regulasi penggunaan sekam padi

Peran pemerintah dalam tahapan ini adalah mengatur regulasi terkait penggunaan sekam padi sebagai produk biomassa serta berkolaborasi dengan sektor terkait. Hal ini dikarenakan sekam padi tidak hanya dapat digunakan sebagai biomassa, tetapi juga sebagai bahan pakan ternak seperti kambing, sapi, ayam, dan itik.

4. Implementasi dan Evaluasi

Pada tahap ini, perubahan-perubahan yang telah direncanakan mulai diterapkan, seperti penggantian boiler dan penggunaan teknologi baru dalam proses produksi. Selain itu, sektor pertanian menyesuaikan dengan meningkatkan produksi biomassa dan memodifikasi metode panen. Setelah implementasi, evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas, efisiensi, pengurangan biaya, peningkatan kualitas produk, dan dampak lingkungan untuk mencapai tujuan berkelanjutan atau sustainability.

Peran masyarakat juga penting dalam membangun tujuan environmental sustainability. Edukasi masyarakat melalui program sosialisasi daur ulang (recycle) dan penggunaan kembali (reuse) akan merubah pola hidup masyarakat sehingga sesuai dengan tujuan sustainability. Dengan penerapan strategi yang ideal serta kolaborasi aktif dari berbagai pihak seperti sektor industri, sektor pertanian, pemerintah, dan masyarakat, pemanfaatan teknologi co-firing biomassa berbahan dasar sekam padi dapat menjadi langkah untuk transisi dan mengakselerasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia, menurunkan tingkat emisi GRK, serta menciptakan ekonomi serkular dan menimbulkan environmental sustainability.

Muhammad Naufal Rozaan
Muhammad Naufal Rozaan
rozaannaufal

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.