Dark/Light Mode

Pengolahan Sampah Plastik Pirolisis dalam Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan

Selasa, 23 April 2024 13:46 WIB
Pengolahan sampah plastik (pirolisis) dalam penerapan teknologi ramah lingkungan. (Gambar: canva)
Pengolahan sampah plastik (pirolisis) dalam penerapan teknologi ramah lingkungan. (Gambar: canva)

Penggunaan dan Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia

Baca juga : Perdagangan RI Dan Timteng Masih Aman

Diperkirakan hingga tahun 2023 total timbunan sampah di Indonesia mencapai 17,4 juta ton. Dikutip dari data KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2024). Dari total jumlah timbunan sampah di Indonesia, komponen plastik jenis LDPE menyumbang sampah terbesar yaitu sekitar 17,29% dari total sampah plastik seluruhnya (Viantikasari dkk., 2019). Menanggapi hal tersebut, pemerintah melakukan beberapa upaya dalam mengurangi timbunan sampah plastik di Indonesia terutama pada sampah plastik jenis LDPE yang sulit terurai.

Baca juga : Menegakkan Keadilan Dalam Perspektif Ideologi Pancasila

Melalui data KLHK capaian pengelolaan sampah di Indonesia tahun 2023 yang dilakukan oleh 113 Kabupaten/kota se-Indonesia telah mencapai 8,152 ton atau 66% dari total timbunan. Adapun 3 jenis dalam pengelolaan sampah tersebut yaitu dengan prinsip 3R: reuse, reduce, dan recycle. Mengurangi penggunaan barang sekali pakai (reduce) memanfaatkan kembali barang yang masih layak pakai (reuse) dan mengelola sampah menjadi produk baru yang bermanfaat (recycle) sehingga sampah yang akan di bawa ke TPA menjadi lebih sedikit dibanding dengan jumlah yang dihasilkan. Jika kondisi tersebut tercapai, maka efektivitas dari sistem pengelolaan sampah berbasis 3R akan meningkat. Menurut Winarsih (2019).

Jenis Sampah Plastik dan Pengelolaannya

Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah berbahan plastik menyumbang sekitar 18,4 persen dari keseluruhan komponen sampah di Indonesia. Jumlah tersebut menduduki peringkat ke-2 setelah komponen sisa makanan yang menjadi sampah. Adapun jenis-jenis sampah plastik didalamnya yaitu PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) plastik jenis ini umumnya digunakan untuk botol minum, botol soda, botol minyak, dan lainnya dengan sifat sekali pakai. Pengolahan sampah plastik jenis PET dengan cara mendaur ulang kembali menjadi tas atau karpet. HDPE atau PEDH (High Density Polyethylene) plastik jenis ini biasanya digunakan sebagai galon air minum, botol susu, botol sabun, botol deterjen, dan kemasan plastik tebal lainnya. Plastik jenis ini umumnya dapat digunakan berulang kali.

PVC atau V (Polyvinyl Chloride) plastik jenis ini digunakan sebagai pelapis kabel listrik, plastik pipa air, ubin, dan mainan anak atau hewan peliharaan. Plastik jenis ini dianggap beracun karena mengandung berbagai macam bahan kimia yang apabila larut dalam air dan masuk kedalam tubuh manusia, akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Dan plastik jenis ini termasuk yang sulit didaur ulang. PP (Polyprooylene) plastik jenis ini digunakan untuk kemasan seperti botol sirup, kotak yougurt, sedotan plastik, dan lainnya. Plastik jenis ini dianggap cukup aman dan kuat pada suhu panas namun tergolong sulit didaur ulang.

PS (Polystyrene) plastik jenis ini digunakan sebagai tempat makan seperti styrofoam, tempat telur, dan lainnya. Plastik ini berpotensi mengeluarkan styrene yang merupakan zat karsinogen yang dapat menyebabkan kanker terutama pada makanan yang panas. Dan  LDPE atau PE-LD (Low Density Polyethylene) merupakan jenis plastik yang paling umum dan paling banyak digunakan baik dalam dunia industri, perekonomian makro maupun mikro. Plastik jenis ini dapat ditemukan dalam skala kehidupan kecil di masyarakat. Plastik jenis ini meliputi kantong plastik, tas belanja, trash bag, dan bungkus makanan. Plastik dengan bahan ini paling banyak menyumbang timbunan sampah plastik di Indonesia yaitu 17,29% dari total sampah plastik yang ada di Indonesia (Viantikasari dkk., 2019).

Metode Pirolisis dan Sampah Plastik Jenis LDPE

Dikarenakan sulitnya pengelolaan limbah plastik berbahan LDPE sedangkan penggunaan plastik berbahan LDPE secara terus-menerus meningkat, metode Pirolisis merupakan langkah tepat dalam mengatasi limbah plastik berlebih di Indonesia. Pirolisis diambil dari bahasa Yunani, yaitu “phy” yang berarti api dan “lysis” yang artinya memisahkan. Pirolisis adalah proses dekomposisi dari suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau kedap udara yang kemudian sebut sebagai proses devotilisasi.

Pirolisis dikenal sebagai metode pengolahan limbah plastik yang ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan limbah selama proses pengolahan berlangsung. Metode pirolisis dapat mereduksi limbah hingga konsentrat 90% dari hasil limbah utama. Minyak yang dihasilkan dari pembakaran ini, akan menjadi pirolisis biomassa sehingga menjadi bio-oil yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang dihasilkan dari gas, minyak dan arang yang dimana prosesnya menghasilkan residu dan limbah berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Metode Pirolisis ini cocok dengan plastik berbahan LDPE, karena dapat mengurangi limbah plastik dominan dan mengubahnya menjadi sumber energi yang ramah lingkungan. 

Metode Pirolisis pada Sampah Plastik Jenis LDPE

Dikutip dari laman Mega Anugerah Energi, proses pengelolaan sampah plastik jenid LDPE berbasis metode pirolisis dilakukan dengan cara memanaskan plastik LDPE pada suhu 400 derajat celcius secara anaerob atau tanpa oksigen (kedap udara) yang kemudian plastik tersebut mengalami perubahan secara fisik yaitu meleleh dan berubah menjadi gas. Saat proses tersebut terjadi, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek yang kemudian masuk pada proses pendinginan yang dilakukan pada gas tersebut sehingga gas mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan tersebutlah yang nantinya akan menjadi bahan bakar pengganti bahan bakar fosil dengan sifat yang ramah lingkungan. 

Pada proses pirolisis dibutuhkan alat-alat sebagai penunjang proses. Alat tersebut berupa mesin yang terbagi menjadi 2 bagian yang dihubungkan dengan sebuah pipa dibagian tengahnya. Mesin tersebut dinamakan MD Plast dengan muatan 15-20 kilogram sampah plastik padat yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaktor siap dipanaskan. Tabung reaktor diletakkan diatas kompor atau pemanas. Proses tersebut dilakukan selama 4 jam dengan skala besar. Kemudian sampah plastik telah berubah menjadi gas-gas yang siap terkondensasi. Gas yang telah terkondensasi dan menjadi cairan dipanaskan kembali hingga menjadi minyak tanah, bensin, maupun solar. Proses pemisahan partikel tersebut dibagi menjadi 3 bagian yang dikeluarkan melalui kran. 

Sampah LDPE yang mampu memenuhi tabung reaktor dan telah melalui proses pirolisis dapat menghasilkan 800 mililiter BBM (Bahan bakar minyak).

Keefektifan Metode Pirolisis dalam Pengolahan Sampah Jenis LDPE

Metode pirolisis banyak digunakan dalam solusi pembuatan bahan bakar yang ramah lingkungan dan terjangkau. Metode pirolisis menguntungkan seluruh aspek karena pada prosesnya tidak menghasilkan residu atau limbah buang yang membahayakan lingkungan justru sebaliknya, mengurangi sampah bumi dengan mengubahnya menjadi energi minyak pengganti energi fosil tak terbaharukan. Pirolisis juga memberikan andil besar dalam menjaga ekosistem dan keberlangsungan hidup makhluk hidup terutama manusia. Kesadaran dan pengetahun manusia berperan aktif dalam mengatasi limbah plastik ini.

Dari data IPST-ASARI dengan cakupan pengumpulan sampah plastik rumahan, sebanyak 242 KK pada satu kelurahan telah ikut serta dalam program pengolahan sampah LDPE berbasis pirolisis. Kesadaran manusia terhadap bahaya dan pentingnya pengolahan limbah plastik sangatlah penting. Dukungan dari pemerintah terkait gerakan hidup sehat juga mendukung perubahan yang besar (Dhia, 2019).

Baca juga : Tewaskan 7 Orang, Polisi Tetapkan Sopir Bus Rosalia Indah Jadi Tersangka

Pirolisis merupakan pilihan tepat dan bijak dalam mengatasi penumpukan sampah plastik yang kian meningkat di Indonesia. Teknologi sederhana dengan hasil yang ramah lingkungan dan bebas limbah pada prosesnya. Metode dari teknologi ini merupakan jawaban dari permasalahan lainnya yaitu bahan bakar fosil yang kian menipis,dan penumpukan sampah. Tujuan dari asanya teknologi daur ulang sampah plastik berbasis pirolisis, untuk memajukan teknologi ramah lingkungan. Dengan demikian, Teknologi Pengolahan Sampah Plastik LDPE berbasis Pirolisis berkomitmen untuk mencapai Sustainable Development Goals pada poin ke-3, ke-6, ke-7, ke-13, ke-14, dan ke-15.

Ghafira Hanum Sa'ida
Ghafira Hanum Sa'ida
Siswa SMA yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.