Dark/Light Mode

Aplikasi Mobile Berbasis AI dan ML dalam Optimalisasi Penyimpanan Bahan Makanan

Selasa, 16 April 2024 15:36 WIB
Scanning makanan dengan teknologi AI dan ML. (Gambar: Dok. Pribadi)
Scanning makanan dengan teknologi AI dan ML. (Gambar: Dok. Pribadi)

Isu lingkungan telah menjadi sorotan dunia sejak lama. Kita sering menjumpai poster, iklan, maupun jargon yang menyuarakan tentang menjaga kelestarian lingkungan, seperti mengurangi pemakaian listrik di siang hari, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membeli produk yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi untuk jarak tempuh dekat, dan sebagainya. Salah satu masalah yang paling sering dibicarakan adalah masalah sampah. Kita tahu bahwa sampah yang terbuang dapat didaur ulang menjadi barang yang baru atau diolah menjadi kompos, khususnya untuk sampah organik. Namun, tidak semua sampah organik bisa diolah menjadi kompos sehingga banyak yang dibiarkan membusuk dan justru merusak lingkungan.

Di Indonesia, total timbulan sampah harian bisa mencapai lebih dari 50 ribu ton sedangkan total timbulan sampah tahunan bisa mencapai lebih dari 18 juta ton. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2023, jenis sampah yang paling mendominasi adalah sampah sisa makanan sebesar 41,79% dengan kurang lebih 38% bagiannya berasal dari sampah rumah tangga.


Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Sebanyak 1 per 3 jumlah makanan yang diproduksi itu terbuang, setara dengan 1,3 miliar ton. Dengan jumlah makanan sebanyak ini seharusnya bisa memberi makan 3 miliar orang. Ketika sebuah makanan terbuang, itu artinya semua energi yang digunakan dalam proses produksi, pengemasan, distribusi, hingga sampai ke tangan konsumen, ikut terbuang. Limbah makanan di tempat pembuangan akhir mengalami kondisi anaerob, sebuah kondisi ketiadaan oksigen, yang menyebabkan bakteri memproduksi gas metana yang sangat banyak sehingga menambah banyaknya emisi gas rumah kaca yang berakibat pada masalah pemanasan global.

Baca juga : Kolaborasi Dettol dan Alfamart Kampanyekan Tambah Kebaikan di Bulan Ramadan

Sampah sisa makanan dari rumah tangga disebabkan oleh perilaku konsumen yang masih belum bijak dalam mengelola bahan makanan dengan kurang memperhatikan tanggal kadaluwarsa. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum menerima informasi dan edukasi yang cukup mengenai hal tersebut, dibuktikan dari survey yang dilakukan oleh Daniel Susilo et al (2021) dalam jurnalnya yang berjudul “Food waste handling perception in Indonesia: communicating the sustainability of food and environment”. Survey tersebut menunjukkan bahwa hanya 18% responden yang sadar mengenai masalah sampah sisa makanan dan sudah melakukan aksi pencegahan akan hal itu. Bagi 20% responden yang lain sudah menyadari tetapi memilih untuk tidak melakukan tindakan apa pun. Hal ini berarti masih ada sebanyak 62% responden yang belum mengetahui dampak dari masalah pembuangan sampah sisa makanan.

Di sisi lain, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada dalam menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karena itu, perkembangan teknologi yang pesat di masa sekarang menjadi peluang yang besar untuk menangani masalah mengenai sampah sisa makanan, khususnya untuk sampah rumah tangga.

Masalah Masa Kini Butuh Solusi Masa Kini

Masyarakat sudah tak asing dengan penggunaan gawai dalam sehari-hari. Oleh karena itu, salah satu ide yang dapat menyelesaikan masalah ini adalah perancangan aplikasi berbasis artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML) untuk meningkatkan efektivitas penyimpanan bahan makanan di rumah. Aplikasi ini dirancang agar memudahkan masyarakat dalam memantau jenis dan jumlah bahan makanan yang dibeli untuk meminimalisir jumlah sampah sisa makanan.

Cara kerja dari aplikasi ini diawali dengan pengguna dapat memasukan informasi mengenai jenis bahan makanan yang dibeli hanya dengan mengambil gambar melalui aplikasi tersebut. Secara otomatis, sensor AI dan ML akan mencocokkan gambar yang telah diambil sebelumnya dengan pola dan fitur tertentu terhadap informasi jenis-jenis makanan yang ada.

Baca juga : Warning KAI, Ketahuan Merokok Dalam Kereta Penumpang Akan Diturunkan

Selanjutnya, dari jenis makanan yang telah dicocokkan, sistem akan mendeteksi estimasi waktu kadaluwarsa berdasarkan informasi mengenai jenis makanan, tampilan makanan, waktu makanan tersebut dibeli, dan sebagainya. Setelah itu, pengguna akan menerima pemberitahuan yang merangkum informasi mengenai jenis bahan makanan yang telah dimasukkan beserta prediksi waktu kadaluwarsa. Alur sederhana aplikasi dapat dilihat seperti bagan di bawah ini:

Tak hanya itu, aplikasi ini mampu memberikan rekomendasi menu masakan yang dapat diolah berdasarkan data bahan makanan yang dimasukkan sebelumnya. Sebaliknya, aplikasi ini juga menyediakan fitur yang bisa menampilkan bahan-bahan makanan yang diperlukan untuk menu makanan yang dingin diolah oleh pengguna. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan jumlah dan jenis bahan makanan yang ada agar tidak terbuang menjadi limbah sampah.

Preview Tampilan Aplikasi

Seperti yang kita ketahui bersama, limbah sisa makanan yang menggunung di tempat pembuangan akhir menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap emisi gas rumah kaca. Dengan adanya solusi ini, emisi gas rumah kaca seperti metana bisa diminimalisir. Hal ini turut memberi dampak dalam mengurangi potensi krisis iklim. Selain itu, aplikasi ini membantu dalam penghematan energi yang dikeluarkan setiap kali suatu makanan diproduksi, didistribusi, hingga dikonsumsi. Di saat yang sama, masyarakat akan semakin teredukasi akan pentingnya isu sampah sehingga mampu menjalani gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tak hanya bagi lingkungan, aplikasi ini pun mampu membawa dampak baik dalam sektor ekonomi. Kehadiran aplikasi ini membantu pengguna dalam penghematan biaya belanja bahan makanan. Selain itu, aplikasi ini dapat membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi sumber daya manusia yang diperlukan dalam pengembangan aplikasi.

Baca juga : Bamsoet Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa

 Di sisi lain, proses perancangan dan penggunaan aplikasi tetap menghadapi tantangan berupa biaya pengembangan aplikasi yang besar serta membutuhkan waktu yang cukup lama agar pengembangannya bisa sempurna dan siap digunakan oleh masyarakat.

Jika dikaitkan dengan poin-poin yang tercakup dalam sustainable development goals (SDGs), aplikasi ini fokus untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkandung dalam beberapa poin SDGs dengan indikator sebagai berikut:

  1. SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
    Meningkatkan inovasi teknologi dalam membuka lapangan pekerjaan, memaksimalkan potensi sumber daya manusia di Indonesia, serta mendorong kreativitas karya anak bangsa.
  1. SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab
    Mengurangi jumlah limbah makanan yang berasal dari konsumen, meningkatkan efisiensi dari pemanfaatan sumber daya alam dalam proses produksi dan konsumsi, meminimalisir pemborosan energi dalam proses produksi makanan, serta pola konsumsi yang bijak terhadap masyarakat
  1. SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
    Mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca hasil limbah makanan, menangani masalah krisis iklim dunia, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah lingkungan yang sedang terjadi.

Menuju Indonesia Hijau dan Berkelanjutan
Usaha yang bisa dilakukan saat ini adalah menjalin kerja sama yang baik dari berbagai pihak. Pemerintah berperan penting dalam mengatur regulasi mengenai pengelolaan sampah yang ada di wilayah masing-masing. Pemerintah juga memiliki hak dalam mengatur kebijakan untuk mendukung inovasi pengurangan limbah sampah agar bisa mempercepat pengembangan inovasi teknologi tersebut. Selain itu, adanya kerja sama antar instansi pemerintah, masyarakat, organisasi non-pemerintah, serta lembaga berwenang yang lain, akan mempermudah implementasi teknologi ini secara luas.

Di sisi lain, kesadaran dalam tiap individu tak kalah penting. Untuk itu, pendidikan berperan besar dalam menyebarluaskan informasi yang akurat serta memberikan wadah edukasi yang tepat kepada masyarakat agar menjadi warga negara yang peduli akan nasib masa depan tempat tinggal mereka. Untuk mewujudkan hal ini bukan tugas dari satu orang saja. Dengan adanya kolaborasi, implementasi teknologi ramah lingkungan dan efisiensi energi untuk Indonesia Emas di tahun mendatang pasti bisa terwujud.

Clarissa Tompunu
Clarissa Tompunu
S1 Sistem Informasi

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.