Dark/Light Mode

Bicara Jiwasraya, Dahlan Sempat Waswas

Minggu, 29 Desember 2019 05:50 WIB
Dahlan Iskan (Gratis: disway.id)
Dahlan Iskan (Gratis: disway.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Eks Menteri BUMN, Dahlan Iskan rupanya sempat waswas ketika kasus gagal bayar Jiwasraya mencuat. Soalnya, dia lupa pernah apa tidak pernah menyetujui injeksi modal ke Jiwasraya pada 2012.

Hal ini diungkapkan Dahlan melalui tulisan di disway.id, yang diterbitkan, kemarin. Dahlan menulis artikelnya dengan judul: Neo Baru. Eks dirut PLN ini tak langsung ngomongin Jiwasraya. Dia mengawalinya dengan menceritakan pengalamannya naik pesawat Garuda Indonesia A330-900 Neo dari Surabaya ke Denpasar. Pesawat itu, yang digunakan untuk mengangkut onderdil Harley Davidson dan sepeda Brompton oleh eks Dirut Garuda Ari Askhara cs. Dahlan pun menyebutnya sebagai "Pesawat Brompton".

Dia kemudian menceritakan soal fasilitas wifi yang disematkan dalam pesawat tersebut. Nah, saat itu, di Whatsapp-nya banyak kiriman link berita tentang Jiwasraya. Tapi, tautan itu tak bisa dibuka karena dia memilih wifi gratis yang fiturnya hanya bisa untuk perpesanan.

Dahlan pun mengirimkan pesan ke kawannya yang dianggapnya lebih mengerti soal Jiwasraya. Kawannya ini, bercerita tentang pertemuannya dengan seseorang yang tahu banyak tentang Jiwasraya. Menurut kawan Dahlan, infografis di medsos salah total. "Memang, saya ingin bertanya itu. Apakah benar saya pernah menyetujui injeksi modal ke Jiwasraya pada 2012," ujar Dahlan.

Si kawan menjawab, waktu itu memang ada usulan dari staf. Agar Jiwasraya disuntik modal. Tapi Menterinya menolak usulan itu. "Saya sendiri yakin tidak mungkin melakukan itu. Saya anti PMN, kecuali untuk industri strategis di bawah Kemenhan," imbuh Dahlan.

Baca juga : Jiwasraya Gate, SBY: Jangan-jangan Saya Disalahkan Lagi

Tapi, dia juga masih ragu-ragu. "Jangan-jangan saya benar menyetujuinya. Saya sudah banyak lupa. Sejak tidak jadi menteri lagi saya ingin cepat move on ke dunia lama, meski kenyataannya saya justru move in," beber Dahlan.

Selain itu, muncul pula perasaan bersalah di hati Dahlan. "Jangan-jangan saya dulu juga tertipu oleh direksi Jiwasraya. Kan personalnya masih yang sama," ucap dia.

Dahlan kemudian mencoba menghubungi Dirut lama, yang pernah dipujinya habis-habisan di pada 2012 itu, lantaran mampu mencari jalan keluar yang brilian, selain injeksi modal yang pasti tidak disetujuinya.

"Ternyata ditemukan jalan lain. Alhamdulillah. Jiwasraya keluar dari kesulitan. Sampai-sampai saya menyebutnya "Jiwasraya telah merdeka". Merdeka dari beban triliunan," bebernya.

Dahlan masih penasaran. Dia bertanya lagi kepada kawannya, apakah tidak mungkin saat itu dia pun tertipu oleh angka-angka yang dipaparkan direksi Jiwasraya? "Saya begitu ingin tahu jawabnya. Saya siap menerima kabar buruk, bahwa saya pun tertipu," imbuh Dahlan.

Baca juga : Motoran, Jokowi Puas Menjajal Jalan Perbatasan Kalimantan

Dahlan juga ingin tahu, apakah pada 2012 itu, praktik membeli saham-saham perusahaan yang "lampu kuning?" sudah ada. Atau, baru dilakukan belakangan, seperti yang tersiar di berita media dan di medsos. Si kawan membalas WA-nya. "Setahu saya, baru belakangan. Sejak tiga orang itu main-main di pasar modal," tutur Dahlan mengungkapkan jawabannya.

Kawan Dahlan kemudian menyebutkan nama tiga orang. Semuanya di luar direksi Jiwasraya. "Semuanya jagoan goreng-goreng saham di pasar modal," ungkap Dahlan, tanpa menyebut nama.

Hanya sampai situ saja cerita Dahlan soal Jiwasraya. Sebab, terdengar pengumuman, pesawat akan mendarat di Denpasar. "Tanda sinyal wifi pun hilang dari ponsel," tandas Dahlan.

Direktur Utama Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko sendiri sudah blak-blakan mengenai mengapa Jiwasraya sudah bermasalah sejak lama. Perusahaan pelat merah ini dikatakannya secara fokus bisnis sudah salah, khususnya dalam penjualan produk. Situasi ini diperparah dengan penerbitan produk Saving Plan yang menawarkan guaranteed return 9-13 persen selama 2013 hingga 2018 dengan periode pencairan setiap tahun. Hal ini yang dianggap Hexana, produk yang tidak masuk akal.

"Return yang dihasilkan Jiwasraya Saving Plan saja lebih besar dibandingkan tingkat bunga deposito, bond yield dan lainnya. Logikanya saja sudah tidak masuk," ujar dia pada Jumat kemarin.

Baca juga : BKS: Licik Banget, Mobil Mewah Dibilang Batu Bata

Situasi tersebut diperparah dengan investasi yang bersifat high risk dan return financial instrument yang berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kepercayaan pemegang polis. Itu kemudian menyebabkan harga financial instrument dan likuiditas pasar turun, sehingga pencairan investasi bermasalah. Akibatnya, penundaan pembayaran polis jatuh tempo serta adanya potensi operasional perusahaan akan selalu merugi di tahun-tahun berikutnya.

Kejagung sendiri sudah mencekal 10 orang yang terkait dengan Jiwasraya-Gate itu. Jampidsus Kejagung, Adi Toegarisman mengungkapkan, 10 orang yang telah dicekal itu berasal dari unsur Jiwasraya dan pihak swasta yang diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi yang merugikan keuangan negara sebesar Rp 13,7 triliun. Informasi yang diterima, di antara yang dicekal adalah mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya Hendrisman Rahim, mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya Hary Prasetyo, dan dua orang dari pihak swasta yakni Heru Hidayat dan Beny Tjokrosaputro.[OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.