Dark/Light Mode

Hasil Survei Ipsos, Pengguna E-Wallet Tak Hanya Kejar Promo

Rabu, 12 Februari 2020 16:07 WIB
Dari kiri, Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan, Managing Director Gopay Budi Gandasoebrata, Research Director Customer Experience Ipsos Olivia Samosir dan Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero dalam acara diskusi Evolusi Industri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang di Jakarta, Rabu (12/2). (Foto: ist)
Dari kiri, Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan, Managing Director Gopay Budi Gandasoebrata, Research Director Customer Experience Ipsos Olivia Samosir dan Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero dalam acara diskusi Evolusi Industri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang di Jakarta, Rabu (12/2). (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya penggunaan dompet digital atau e-wallet kini sudah tak bisa lagi dipisahkan. Bahkan tercatat, total sebanyak 68 persen pengguna e-wallet merupakan kaum milenial. Tak heran berbagai cara promosi pun dilakukan. 

Saat ini, empat pemain besar industri e-wallet ini adalah Gopay, Ovo, Dana, dan LinkAja. Mereka ramai-ramai mendorong pengunaan e-wallet sebagai alat pembayaran. Promo-promo dengan cashback hingga 60 persen pun berani dilakukan demi persaingan.

Menurut Research Director Customer Experience Ipsos Indonesia Olivia Samosir, sebenarnya promo tak lagi menjadi pertimbangan utama bagi pengguna milenial maupun gen-Z. Sekarang, orang lebih banyak memanfaatkan layanan e-wallet dengan kemudahan dan inovasi produk yang diberikan.

Dalam riset yang dilakukan Ipsos pada Januari 2020 lalu disebutkan, dari empat perusahaan e-wallet, Gopay memiliki pengguna organik tertinggi dibandingkan pemain lainnya, dengan representasi 54 persen responden menyatakan tetap menggunakannya meski tak ada promo.

Baca juga : Hasil Survei Ipsos, OVO dan Gopay Paling Banyak Dipakai

"Meski tidak ada promo, masyarakat tetap akan pakai dompet digital seperti Gopay, Ovo, Dana maupun LinkAja. Namun yang paling dianggap aman dan kuat adalah Gopay," jelas Olivia dalam diskusi Evolusi Industri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang di Jakarta, Rabu (12/2).

Masih berdasarkan survei Ipsos disebutkan, sebanyak 68 persen pengguna dompet digital adalah milenial. Hal ini menjadi alasan karena kalangan ini tingkat produktivitasnya jauh lebih aktif dibandingkan dengan kalangan lain.

Selain itu, Ipsos juga menemukan 71 persen dari generasi muda termotivasi menggunakan dompet digital pertama kalinya karena adanya promo. Namun seiring terbiasanya menggunakan dengan tingkat kenyamanan yang ditawarkan, loyalitas mereka tidak lagi ditentukan semata-mata karena promo.

"Awalnya memang berlomba-lomba pakai karena banyak promo namun karena aman, nyaman dan efisien sekarang dompet digital jadi lebih marak lagi digunakan," jelasnya.

Baca juga : Jalur Sepeda di DKI, Banyak Dibangun Tapi Tak Ada Kebijakan Pendukung

Olivia bilang, generasi milenial menggunakan dompet digital minimal satu hingga dua kali dalam seminggu dan rata-rata nilai transaksi top up atau isi saldo sebesar Rp 140.663 setiap minggunya. Dari penelitian ini, 40 persen di antaranya menggunakan dompet digital untuk transaksi pembayaran jasa transportasi online dan 32 persennya untuk jasa pesan antar makanan-minuman.

Tak hanya itu, awalnya dompet digital ini digunakan oleh hanya sebagian kaum milenial tertentu seperti yang milenial yang berpendidikan atau yang memiliki penghasilan antara Rp 1,25 juta sampai Rp 5 juta, namun saat ini hampir semua milenial sudah menggunakannya. "Ipsos merekomendasikan agar pemain industri lebih berfokus pada keberlanjutan bisnis dan finansial. Proaktif mengedepankan fungsi, inovasi, dan kualitas produk guna membangun loyalitas," imbaunya.

Dalam penelitian ini, Ipsos melibatkan 500 responden di lima kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Palembang dan Manado. "Kami melakukan penelitian ini juga dilakukan dengan wawancara tatap muka secara langsung dengan para responden," ujarnya.

Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI), Poltak Hotradero menuturkan, ini saatnya bagi para penyelenggara dompet digital untuk beralih dari pola pikir grow at all cost ke pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. "Praktik bakar uang memakan biaya tinggi dan bisa menghasilkan distorsi atas gambaran konsumsi masyarakat yang sesungguhnya, karena itu bersifat sementara. Balik lagi, pasti konsumen akan cari kualitas layanannya," ucapnya.

Baca juga : 75 Persen Masyarakat Tolak Skuter Listrik

Di kesempatan yang sama, Managing Director Gopay Budi Gandasoebrata mengatakan, sejak awal berdiri, promosi bukan menjadi satu-satunya strategi utama Gopay untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen. "Kami menilai bahwa promosi saja tidak cukup untuk loyalitas konsumen. Senantiasa mengembangkan layanan berkualitas dan customer experience yang aman, mudah dan praktis. Sambil tetap membuat program promo yang strategis dan tepat sesuai sasaran segmen konsumen yang membutuhkan," katanya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.