Dark/Light Mode

Ekonomi Makin Berat

Menkeu: Jumlah Orang Miskin Capai 4,8 Juta Orang

Selasa, 19 Mei 2020 04:04 WIB
Sri Mulyani
Sri Mulyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Kondisi ekonomi semakin sulit. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku, saat ini masih menggunakan dua skenario pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020. 

Dengan skenario berat, bisa mencapai 2,3 persen dan dengan skenario sangat berat bisa menyentuh 0,4 persen. 

Sri Mulyani merinci, pada kuartal I-2020 pandemi sudah memberikan pukulan dari sisi konsumsi, di mana pada kuartal I hanya tumbuh 2,7 persen. 

Sementara jika dibandingkan tahun lalu atau kuartal I-2019, konsumsi Indonesia bisa menyentuh 5,3 persen. 

Sementara dari sisi investasi, pada kuartal I 2020, Indonesia hanya bisa menyentuh 1,7 persen. Di tahun lalu dengan periode yang sama, investasi bisa tumbuh di atas 5 persen. 

Baca juga : Jokowi Minta Kepulangan Pekerja Migran Dikawal Sampai Daerah

Merosotnya pertumbuhan ekonomi di tahun ini, kata Sri Mulyani, tentu akan menambah angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. 

Dalam skenario berat, 2,3 persen, kemiskinan akan berjumlah 1,89 juta orang dan pengangguran 2,92 juta orang. 

“Covid-19 mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kita tahun ini dan juga angka kemiskinan dan pengangguran. Dalam skenario sangat berat, bahkan bisa meningkat 4,86 juta orang miskin, dan pengangguran dengan 5,23 juta pengangguran baru,” katanya dalam video conference, kemarin. 

Dengan dampak tersebut, pemerintah mendesain langkah kebijakan penanganan dan pemulihan ekonomi yang diarahkan pada kebaikan di sisi demand. 

Untuk itu, Sri Mulyani mengatakan, melakukan intervensi kepada dunia usaha, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan industri-industri yang bergerak pada bidang pariwisata, restoran dan perhotelan mulai didesain bersama kementerian terkait. 

Baca juga : Gegara Corona, Orang Miskin Bisa Nambah 12 Juta

Ekonom senior Faisal Basri mengusulkan pemerintah merevisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Karena, rencana tersebut diperkirakan tidak bisa dicapai dengan kondisi saat ini. 

“Tidak perlu menunggu lima tahun ke depan, RPJMN harus direvisi karena keadaan mendesak dan sudah tidak realistis,” katanya. 

Salah satu yang tidak akan tercapai adalah pada rencana pencapaian pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ini. 

Faisal memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 1,5 persen pada 2020. Hal ini beriringan dengan ekonomi yang diprediksi tumbuh negatif 3 persen akibat dampak Covid-19. 

“Indonesia tahun ini 1,5 persen. Ini versi saya, ini baseline dan bisa lebih buruk,” ujarnya. 

Baca juga : Jokowi Minta Para Menteri Antisipasi Krisis Pangan Akibat Corona

Dia memprediksi, pertumbuhan ekonomi bakal naik kembali pada 2021 menuju angka 4,9 persen. 

Pertumbuhan akan terus menanjak menjadi 5 persen pada 2022 , kemudian 5,2 persen pada 2023 dan 5,2 persen pada 2024. Sehingga, rata-rata pertumbuhan ekonomi sepanjang lima tahun ini adalah sekitar 3,8 persen. 

Walaupun bisa pulih pasca pandemi, Faisal melihat pertumbuhan ekonomi tetap akan di bawah skenario yang dirancang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.