Dark/Light Mode

BBM Turun, Listrik Turun

Di Sini Senang, Di Sana Kejang

Sabtu, 16 Februari 2019 06:13 WIB
Berbagai efisiensi yang dilakukan PLN pada listrik golongan R-1 900 VA RTM,  yang juga disertai penurunan harga minyak dan kurs dolar AS, akhirnya mampu menurunkan tarif listrik pada golongan tersebut. (Foto: Humas PLN)
Berbagai efisiensi yang dilakukan PLN pada listrik golongan R-1 900 VA RTM,  yang juga disertai penurunan harga minyak dan kurs dolar AS, akhirnya mampu menurunkan tarif listrik pada golongan tersebut. (Foto: Humas PLN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jelang pilpres, rakyat makin dimanja. Dalam seminggu, pemerintah menurunkan harga BBM,  lanjut menurunkan tarif listrik. Meski baik buat rakyat, kebijakan ini tetap saja menuai polemik. Dua kubu pendukung capres saling sindir. Di sini senang, di sana kejang.

Wakil Presiden Eksekutif Komunikasi PLN I Made Suprateka mengatakan, dengan adanya penurunan tarif listrik, pelanggan golongan R-1 900 VA RTM hanya membayar Rp 1.300 per kilowatt hour (kWh), dari tarif normal sebesar Rp 1.352 per kWh. Penurunan tarif terjadi karena adanya efisiensi pada golongan ini,  yang juga disertai penurunan harga minyak dan kurs dolar AS. “Penurunan tarif berlaku bagi 21 juta pelanggan listrik R-1 900 VA,” kata Made dalam rilis yang diterima redaksi Rakyat Merdeka, Jumat (15/2).

Dijelaskan, penurunan atau pemberian insentif ini dilakukan karena PLN berhasil melakukan efisiensi di antaranya penurunan susut jaringan, perbaikan SFC (Specified Fuel Consumption) dan peningkatan CF (Capacity Factor) pembangkit. Selain itu, mempertimbangkan kondisi harga ICP selama 3 bulan terakhir yang mengalami penurunan dari 62,98 menjadi 56,55 dolar AS per barel.

Made mengatakan, dengan adanya insentif ini, PLN ingin memberikan ruang untuk pelanggan 900 VA RTM agar lebih banyak memanfaatkan listrik untuk menunjang kegiatan ekonominya dan kegiatan kesehariannya. “Silakan nikmati penurunan tarif ini. Dan gunakan listrik PLN dengan nyaman dan tentu saja aman,” katanya.

Baca juga : Di Kandang Banteng, Puan Akan Melenggang

Namanya tahun politik, kebijakan ini langsung mendapat sorotan. Apalagi Pertamina juga sudah menurunkan harga BBM. Penurunan harga baru ini diumumkan langsung Kementerian ESDM dan Pertamina 10 Januari 2019. Harga baru premium Jawa-Bali ditetapkan Rp 6.450 dari sebelumnya Rp 6.550.

Tidak hanya premium, untuk pertamax cs pun harganya mengalami penurunan. Penurunan harga dilakukan untuk empat jenis BBM dengan kisaran penurunan Rp 50-800.

Warga dunia maya ramai mengomentari kebijakan ini. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan urusan pilpres. Sebagian netizen menyampaikan terima kasih kepada PLN yang sudah melayani rakyat. “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terwujud nyata,” kata Wayan Mawardi di laman detikfinance.com. “Horee tarif listrik turun,” timpal @RizmaWidiono.

“Kemana suara kampret? Kok tak terdengar ketika harga BBM turun? Atau jangan-jangan mereka semua masuk ke hutan?” tanya @Jokowi_inside. Akun @tatang_baleraja menyebut kebijakan ini membuat rakyat senang tapi di sana kejang. “BBM naik. Rakyat menderita. Kampret bahagia. BBM turun. Rakyat SENANG. Kampret KEJANG. So... Siapa yang sejatinya membela rakyat,” cuitnya.

Baca juga : Jokowi Sepedaan Dengan Rini

Sebagian netizen menilai kebijakan ini karena makin melejitnya elektabilitas Prabowo-Sandi. “Menjelang pilpres BBM turun, listrik turun, dan tiket pesawat pun mulai turun. Jangan-jangan saat pilpres nanti tiket keluar negeri digratiskan bagi pemilih 02,” cuit @marierteman.

Senada disampaikan @ardi_riau yang menyebut kebijakan ini tak lepas dari mangkraknya elektabilitas Jokowi-Ma’ruf. “Anda ingin harga BBM terus turun hingga Pilpres? Caranya, dukung terus Prabowo-Sandi. Ajak kerabat, sahabat, dan teman untuk dukung 02,” katanya. Akun @jhoejail menceritakan, ketika tarif listrik mahal dan dikeluhkan rakyat, orang pemerintah malah suruh cabut meteran. “Sekarang semua turun, tapi sudah gak ngaruh buat elektabilitas,” ujarnya.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengapresiasi kebijakan ini. Namun, kata dia, kebijakan ini agak terlambat dilakukan. Kalau kebijakan harga BBM non subsidi mengikuti harga minyak dunia, mestinya BBM sudah dari sejak akhir tahun lalu turun. Sementara saat ini, harga minyak sudah mulai cenderung bergerak naik.

Dia mencontohkan Australia yang sudah menurunkan tarif BBM sejak November tahun lalu, ketika harga minyak turun. “Saya tidak tahu bagaimana tata kelola minyaknya,” kata Faisal di Jakarta, Jumat (15/2).

Baca juga : Kadin Usul Debat Capres Bahas Ketahanan Pangan

Menurut dia, terlambatnya penurunan harga itu kemungkinan disebabkan keuangan Pertamina yang agak terganggu oleh BBM penugasan atau premium. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.