Dark/Light Mode

Kontraksi Ekonomi Global Berlanjut

BI Ramal Ekonomi Baru Normal Tahun Depan

Senin, 22 Juni 2020 18:12 WIB
Gedung Bank Indonesia. (Foto: ist)
Gedung Bank Indonesia. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) memproyeksi ekonomi Triwulan II-2020 menurun. Ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang terus kontraksi karena corona (Covid-19).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, kondisi perekonomian global tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun. “Tapi tekanannya mulai berkurang,” ujarnya saat menyampaikan Intisari Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2020 yang diterbitkan untuk menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan ekonomi terkini dan kondisi moneter, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh BI, Senin (22/6).

Dia melanjutkan, pembatasan aktivitas ekonomi sebagai langkah penanganan Covid-19 berisiko menurunkan pertumbuhan ekonomi global 2020 lebih besar dari prakiraan awal. Namun, kontraksi volume perdagangan dunia dan penurunan harga komoditas tidak sedalam prakiraan sebelumnya.

Baca juga : Pemerintah Pede Ekonomi Bakal Pulih Tahun Depan

Respons kebijakan dan relaksasi pembatasan kegiatan ekonomi mulai mendorong kegiatan ekonomi di beberapa negara. "Seiring dengan itu, risiko ketidakpastian global menurun, dan mendorong aliran modal ke negara berkembang serta mengurangi tekanan nilai tukarnya, termasuk Indonesia," ucapnya.

Pada triwulan II, ekspor akan menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global. Sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dengan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada triwulan III sejalan relaksasi PSBB sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh. Perkembangan tersebut disertai dengan ketahanan eksternal perekonomian yang tetap baik, inflasi yang rendah, serta stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran yang tetap terjaga. 

Baca juga : Global Bonds Hutama Karya Kelebihan Permintaan Hampir 6 Kali Lipat

"Namun, risiko pandemi Covid-19 tetap perlu terus dicermati. Ke depan, BI memperkirakan perekonomian yang menurun pada 2020 akan kembali membaik pada 2021," jelasnya.

Pertumbuhan ekonomi diprakirakan menurun pada kisaran 0,9-1,9 persen pada 2020 dan kembali meningkat pada kisaran 5-6 persen pada 2021. Pertumbuhan tersebut disertai dengan inflasi yang terjaga dalam sasarannya 3 persen plus minus 1 persen. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diprakirakan sekitar 1,5 persen PDB pada 2020 dan di bawah 2,5-3 persen PDB pada 2021.

BI tetap melihat ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam Rapat Dewan Gubernur 17-18 Juni 2020, BI memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (repo rate) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen, melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pelonggaran likuiditas (quantitative easing), serta memberikan jasa giro kepada bank sebesar 1,5 persen per tahun. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.