Dark/Light Mode

Ancaman Covid Masih Menghantui

Pagi Ini Rupiah Nggak Loyo, Tapi Kudu Hati-hati

Senin, 6 Juli 2020 09:50 WIB
Ancaman Covid Masih Menghantui Pagi Ini Rupiah Nggak Loyo, Tapi Kudu Hati-hati

RM.id  Rakyat Merdeka - Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah dibuka di angka Rp 14.465 per dolar AS. Atau menguat sekitar 58 poin (0,4 persen) di pasar spot dibanding perdagangan Jumat (3/7), yang hanya Rp 14.523 per dolar AS.

Pada pembukaan pagi ini, rupiah mengalami penguatan yang cukup tinggi dibanding beberapa mata uang di kawasan Asia lainnya, yang juga berada di zona hijau. Peso Filipina dan dolar Taiwan sama-sama menguat 0,21 persen, yuan China 0,14 persen, won Korea Selatan 0,13 persen, dolar Singapura 0,12 persen, ringgit Malaysia 0,11 persen, dan baht Thailand 0,01 persen.

Baca juga : Pagi Ini Rupiah Menguat Tipis, Mudah-mudahan Kuat Seharian

Penguatan paling tipis dialami dolar Hong Kong, sebesar 0,003 persen. Hanya yen Jepang, yang mengalami penurunan. Besarnya, 0,21 persen.

Berbagai sentimen baik dari dalam dan luar negeri, masih terus menghantui pergerakan rupiah. Yang paling nyata, adalah meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Belum lagi, ada kabar yang menyebut virus Covid-19 telah bermutasi.

Baca juga : Dihantui Covid Yang Masih Merajalela, Rupiah Amsyong

Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengungkap, rupiah juga menghadapi tekanan dari luar. Adrian merevisi nilai tukar rupiah terhadap dolar, dari rerata-tahunan Rp 15.625 menjadi Rp 14.550. Revisi itu dipengaruhi oleh perubahan pandangannya terhadap indeks dolar AS.

“Kami melihat, ada potensi pelemahan indeks dolar akibat masifnya intervensi bank sentral AS, yang berpotensi mendorong pelemahan dolar. Namun, belum berimbas banyak bagi rupiah," ujarnya, Senin (6/7).

Baca juga : Pagi Ini, Rupiah Terkuat di Antara Mata Uang Asia, Tapi Kudu Hati-hati...

Pertimbangan penting lainnya adalah volume perdagangan global. Dalam prediksi di rilis April 2020, Adrian mendasarkan dinamika ekspor-impor yang mengasumsikan volume perdagangan dunia akan kembali ke level tahun 2016. Namun, perkembangan data terakhir mengindikasikan bahwa volume perdagangan global di 2020, akan mendekati level di tahun 2017.

“Di pasar aset, nampaknya kinerja aset obligasi negara akan tetap outperform aset saham. Hal ini lebih dipengaruhi oleh perubahan perilaku investor terkait kecenderungan belanja, menabung, dan risk appetite (kesediaan menerima risiko, Red),” pungkasnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.