Dark/Light Mode

Siap Gelontorkan Lebih Gede Buat Merpati

Investor Sebut Rp 6,4 T Hanya Modal Awal Saja

Senin, 19 November 2018 14:15 WIB
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Henry Sihotang. (Foto: Kintan Pandu Jati/Rakyat Merdeka)
Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) Henry Sihotang. (Foto: Kintan Pandu Jati/Rakyat Merdeka)

 Sebelumnya 
Herry berharap, Merpati benar-benar bisa beroperasi. Karena, kehadirannya bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk memilih maskapai penerbangan. Selain itu mendukung persaingan penerbangan yang sehat pada wilayah perintis. Terutama, pada satu rute yang hanya dilayani satu maskapai.

“Kalau hanya ada satu maskapai pada satu rute itu rentan memicu praktik monopoli. Mereka bisa menjual tiket seenaknya saja,” imbuhnya. Sekadar informasi, PPA merupakan pihak yang akan mengkaji dan menilai kredibilitas calon investor. Hasil kajian akan diserahkan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian BUMN untuk bahan pengambilan kebijakan banyak hal terkait Merpati.

Baca juga : Menteri Rini Puji PLN Lolos Dari Tantangan

Berdasarkan putusan Pengadilan Niaga Surabaya, Merpati dapat terbang lagi dengan pertimbangan sudah ada investor dan menyangkut masa depan hidup orang banyak. Namun degan catatan maskapai tersebut harus membereskan masalah utang dengan para kreditur sebelum mengudara lagi. Total hutang Merpati tercatat mencapai Rp 10,7 triliun.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenkeu Hadiyanto memastikan akan terus mencermati rencana bisnis upaya penyelamatan Merpati. Sebagai salah satu kreditur Merpati, pihaknya ingin penyamatan Merpati dirancang secara kredibel.

Baca juga : Apindo: Ekspor Sawit Kita Bisa Terancam

“Kita akan pantau terus restrukturisasinya seperti apa, prosesnya seperti apa, rencana bisnis ke depan gimana? Apakah robust atau tidak? Kemenkeu sebagai kreditur besar akan melihat di situ,” kata Hadiyanto. Sebelumnya, Anggota Komisi V DPR Bambang Haryo Soekartono menyatakan mendukung Merpati untuk beroperasi lagi. Menurutnya, utang Merpati sebesar Rp 10,72 triliun bukanlah persoalan besar.

“Utang Garuda Indonesia itu setiap tahun bertambah Rp 3 triliun, mereka tetap bisa berjalan kan. Dengan suntikan modal Rp 6,4 triliun, itu sudah bisa untuk menutup sebagian utang dan modal biaya pengoperasian. Nanti saat bisnis sudah berjalan, Merpati kan bisa mendatangkan pendapatan, dan mencicil sisa utangnya,” ungkap bambang. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.