Dark/Light Mode

Resesi Ekonomi Bukan Momok Menakutkan

Minggu, 27 September 2020 07:39 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani
Menteri Keuangan, Sri Mulyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani memperkirakan kuartal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III2020 diprediksi kembali minus kisaran -2,9 persen hingga -1 persen.

Jika itu terjadi, secara teknis, Indonesia resmi masuk ke jurang resesi karena dalam dua kuartal berturutturut pertumbuhan ekonomi terkontraksi. 

Sebelumnya, di kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen “Negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal III. Mungkin masih berlangsung untuk kuartal IV, tapi kita upayakan bisa mendekati 0 atau positif,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, di Jakarta, baru-baru ini. 

Ani juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan, masih minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen. 

Baca juga : Dorong Laju Perekonomian, Bank bjb Tekan MoU dengan Bank Mantap

Meski demikian, Ani menekankan semua proyeksi tersebut masih tergantung pada perkembangan Covid-19 dan bagaimana pandemi tersebut pengaruhi aktivitas ekonomi. 

Ia juga menenangkan, kalau Indonesia tidak sendirian menghadapi resesi. Negaranegara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, hingga Negeri Jiran Malaysia dan Singapura akan bernasib sama. 

“Mereka mengalami negatif atas pertumbuhan ekonominya pada kuartal III-2020, akibat dampak Covid-19,” ujar Ani. 

Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir memperkirakan, stabilitas ekonomi tidak akan terjadi dalam waktu dekat, meskipun World Bank dan Asian Development Bank (ADB) memprediksi pertumbuhan dalam negeri akan positif pada 2021. 

Baca juga : Ancaman Stok Anyar

“Namun kami meyakini stabilitas ekonomi baru akan benar-benar terjadi pada kuartal I-2022,” kata Erick. 

Politisi PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno mengatakan, dalam dinamika ekonomi pasar, resesi adalah soal biasa. 

Naik turun siklus bisnis saat resesi bahkan menjadi fokus kajian khusus. Makanya, dikenal istilah disrupsi pasar, konjungtur, bullist (banteng menerjang) dan bearish (beruang mengaum). 

Yang perlu dilakukan pemerintah, kata Hendrawan, konsisten mengambil kebijakan antisiklis. Ia mengibaratkan, pedal gas ditekan saat ekonomi melambat, pedal rem dimainkan saat ekonomi kepanasan. 

Baca juga : BIG Records Asia Luncurkan Album Pertama

“Di tengah pandemi, kelincahan dan kecerdikan memainkan pedal gas dan rem secara konsisten, menentukan kualitas hasil,” tuturnya. 

Ia menilai, arah dan langkah penyelamatan ekonomi melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah tepat. Tinggal implementasinya, atau eksekusi kebijakan yang masih butuh akurasi data, koordinasi birokrasi lintasfungsi, dan integritas. 

“Yang utama, memelihara daya beli masyarakat. Ketersediaan pangan dan akses masyarakat miskin terhadap jaring pengaman sosial juga wajib diamankan,” tutup. [NOV]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.