Dark/Light Mode

Sebut Ekonomi Terancam Lumpuh

Boediono Ngingetin, Bukan Nakut-nakutin

Rabu, 19 Agustus 2020 05:43 WIB
Mantan Wapres Boediono. (Dok. Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Mantan Wapres Boediono. (Dok. Liputan6.com/Miftahul Hayat)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Wakil Presiden Boediono ikut memberikan pandangan terkait kondisi ekonomi saat ini. Kata dia, krisis akibat pandemi corona tak hanya menyebabkan resesi, dan depresi bahkan mengarah pada paralisis alias kelumpuhan ekonomi.

Boediono bukan lagi nakut-nakutin, tapi mengingatkan agar kita segera mengantisipasinya. Prediksi tersebut disampaikan Boediono saat memberikan testimoni HUT RI ke-75 yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (17/8).

Dalam video berdurasi sebelas menit itu, Boediono tampil sederhana. Mengenakan kemeja lengan pendek warna merah pastel, dengan bawahan hitam dan kacamata bening.

Rambutnya tersisir rapi. Apa yang disampaikan? Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menceritakan banyak hal. Mulai dari pengalamannya menjadi Wakil Presiden sampai memotivasi para generasi muda agar terus berkarya.

Dia juga membagi pengalamannya dalam menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar. Boediono menjelaskan kondisi ekonomi, saat ditanya cara mempertahankan usaha di tengah pandemi seperti sekarang.

Baca juga : Basuki Perkuat Infrastruktur Lumbung Pangan Baru Kalteng

Boediono mengatakan, agak sulit menjawab pertanyaan tersebut karena dia bukan pengusaha. Sejak awal, dia merintis karir sebagai teknokrat. Namun, dia ingin memberikan pandangan secara umum.

Dia bilang, krisis yang terjadi saat ini adalah krisis yang terjadi setiap 100 tahun. Krisis multidimensi yang melanda tiap negara dan bangsa. Karena itu, dia memperkirakan, akan butuh waktu lama untuk bisa kembali ke situasi normal atau normal baru.

“(Krisis) ini bukan sekedar resesi, bukan sekadar depresi. Tapi ini paralisis (kelumpuhan). Suatu sistem yang tiba-tiba saja membeku,” kata Boediono.

Dia mengingatkan, agar semua pihak memahami situsi ini. Karena akan butuh waktu cukup lama untuk kembali ke situasi normal. Krisis yang terjadi saat ini telah menyebabkan perubahan drastis dalam semua kegiatan ekonomi, sosial, bahkan politik, dan keamanan.

Sampai berita ini ditulis tadi malam, video itu sudah ditonton 5.350 kali dan sebanyak 30 pengguna menuliskan komentar. Umumnya berupa apresiasi dan mendoakan agar Boediono tetap sehat dan memberikan motivasi yang mencerahkan.

Baca juga : Cadangan Devisa Semakin Tergerus Dimakan Corona

Apa yang disampaikan Boediono memang realitas hari ini. Satu per satu negara tetangga RI sudah masuk ke jurang resesi. Dimulai dari Singapura berlanjut ke Filipina, Malaysia, dan teranyar Thailand.

Pemerintah sendiri memprediksi ekonomi tahun ini akan ada di kisaran minus 1,1 sampai 0,2 persen. Artinya resesi sudah sangat nyata dan kemungkinan terjadi.

Menghadapi kondisi ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani, mempersiapkan sejumlah jurus agar ekonomi gak terlalu dalam anjlok. Agar kuartal III tak tumbuh negatif, dia akan menggenjot konsumsi domestik dan investasi.

Kata dia, konsumsi rumah tangga dan investasi adalah penyumbang terbesar kepada produk domestik bruto (PDB). Kontribusi dua variable itu bisa mencapai 90 persen.

Karena itu, pemerintah akan menggunakan APBN untuk bisa mengembalikan daya beli masyarakat agar konsumsi masyarakat bisa pulih kembali.

Baca juga : Ketua MPR: Ekonomi Nasional Tak Boleh Lumpuh Karena Takut Covid-19

Ekonom Enny Sri Hartarti menilai, prediksi Boediono soal ekonomi benar. Menurut dia, yang menjadi masalah saat ini, Indonesia belum bisa mengendalikan penyebabnya, yaitu pandemi corona.

“Ekonomi Indonesia sebelum corona memang sudah turun, di perparah masuk nya corona. Boediono bukan lagi menakuti, tapi mengingatkan,” ujarnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.