Dark/Light Mode

Banyak Sentimen Negatif, Rupiah Bergerak Terbatas

Selasa, 13 Oktober 2020 10:05 WIB
Petugas bank sedang menghitung uang/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Petugas bank sedang menghitung uang/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp 14.710 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka ini melemah sebesar 0,07 persen dibanding penutupan perdagangan kemarin, di posisi Rp 14.700 per dolar AS. 

Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Peso Filipina mengalami pelemahan paling tinggi 0,31 persen, won Korea turun 0,26 persen, baht Thailand melemah 0,21 persen, ringgit Malaysia turun 0,20 persen, rupee India melemah 0,18 persen, serta yuan China juga merosot 0,17 persen terhadap dolar AS.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0, 01 persen menjadi 93,0636. Namun, nilai tukar rupiah terhadap euro bergerak naik 0,52 persen ke level Rp 17.266, terhadap dolar Australia naik 1,02 persen ke level Rp 10.486, dan posisi rupiah ke yuan juga naik 0,55 ke level Rp 2.166.

Baca juga : Dokter Gedung Putih: Trump Negatif Covid-19 dan Tidak Menulari

Direktur TRFX Berjangka Ibrahim mengatakan, pergerakan rupiah masih ditopang respons negatif pelaku pasar terhadap negosiasi paket stimulus terbaru di AS yang gagal.

Sebelumnya, harapan investor sempat meningkat setelah Presiden Donald Trump mengusulkan paket 1,8 triliun dolar AS pada Jumat (9/10) selama pembicaraan dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, mendekati 2,2 triliun dolar AS dari proposal partai Demokrat.

Namun, tawaran Trump membuat kesal Partai Republik. Banyak politisi Republik enggan menambah tumpukan utang, dan berpotensi merugikan partainya untuk mendapatkan dukungan kritis dalam pemilihan presiden 3 November mendatang.

Baca juga : Trump Nolak Stimulus Ekonomi, Rupiah Melesat

"Selain itu, saat pemilu semakin dekat, investor semakin bertaruh pada kemungkinan Trump kalah dari saingan Demokrat Joe Biden dalam pemilu, dan Biden menawarkan paket dengan label harga yang lebih besar sebagai presiden," ujar Ibrahim, dalam riset, Selasa (13/10).

Investor juga menanti kesepakatan perpisahan Inggris dari Uni Eropa yang akan dibahas pada pertemuan Dewan Eropa, 15-16 Oktober mendatang. Investor sangat optimistis Inggris dan Uni Eropa dapat mencapai kesepakatan dengan tenggat waktu yang diberlakukan oleh Perdana Menteri Boris Johnson pada 15 Oktober.

Dari dalam negeri, lanjut Ibrahim, pergerakan rupiah masih menunggu keputusan Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) mulai pukul 14:00 WIB nanti. "Spekulasi pemangkasan suku bunga BI menjadi salah satu faktor yang menekan rupiah sejak pertengahan tahun lalu," imbuhnya.

Baca juga : Presiden Masih Percaya Terawan

Di tahun ini, BI sudah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 100 bps. Tidak hanya memangkas suku bunga, BI juga memberikan banyak stimulus moneter. Tujuannya, guna memacu perekonomian yang nyungsep.

Menurut dia, penurunan suku bunga oleh BI menjadi salah satu penyebab melempemnya rupiah. Rupiah merupakan mata uang yang mengandalkan yield tinggi untuk menarik minat investor. Saat suku bunga dipangkas, yield tentunya juga akan menurun, sehingga rupiah menjadi kurang menarik.

"Sepanjang hari ini rupiah kemungkinan akan fluktuatif. Namun, peluang terjadinya penguatan terbatas masih cukup terbuka. Kemungkinan sebesar 5-30 poin di level Rp 14.660-Rp 14.710 per dolar AS," katanya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.