Dark/Light Mode

Bisnis Perhotelan Lesu Darah Karena Pandemi

Perlu Obat Kuat Untuk Bangkitkan Pariwisata

Jumat, 15 Januari 2021 07:10 WIB
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN Iswandi Said. (Foto: Istimewa)
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN Iswandi Said. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Menurut Maulana, ada daerah yang sangat low occupancy rate-nya, maksimum di 20 persenan. Dan di Pulau Jawa, okupansinya lebih tinggi, yaitu di 35 persenan, karena infrastrukturnya lebih memadai. “Secara tahunan atau year on year, minusnya sekitar 20 persen dibanding 2019,” ujar Maulana kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Soal pengetatan kegiatan masyarakat, menurut Maulana, telah memberikan dampak bagi industri pariwisata. Terutama di daerah dengan jarak tempuh jauh, atau umumnya menggunakan transportasi udara. sebab, untuk melakukan per alanan udara, masyarakat diharuskan rapid test antigen, yang hanya berlaku 2 x 24 jam “ini menyulitkan calon wisatawan, karena akan memerlukan waktu dan budget lebih tinggi,” tutur Maulana.

Baca juga : Ini Tiga Program Unggulan Sandi Untuk Bangkitkan Sektor Pariwisata

Akhirnya, kata jebolan Manajemen Southern New Hampshire University ini, masyarakat lebih memilih transportasi darat untuk liburan. Hal ini mendorong okupansi booking hotel lebih banyak berpusat di daerah, yang mudah ditempuh dengan jalur darat.

“Akhirnya, yang lumayan hidup itu bisnis perhotelan di daerah yang infrastrukturnya bagus. namun daerah-daerah yang di luar Jawa, yang sulit dijang kau darat, pasti akan menurun drastis,” terangnya.

Baca juga : Genjot Ekonomi Di Tengah Pandemi, Kementan Bangun 100 Lokasi Agroeduwisata

Ditanya soal bisnis perhotelan di 2021, Maulana cukup yakin potensi kebangitan industri pariwisata akan selalu ada. Tetapi, katanya, sektor pariwisata pa ling rumit untuk tumbuh karena membutuhkan pergerakan orang yang banyak. Di mana mobilitas tersebut menjadi hal yang sa ngat riskan di masa pandemi.

Alhasil, sambung Maulana, 10 bulan terakhir masih memakai jurus bertahan dan belum bisa menuju fase recovery atau bangkit. “Masih jauh dari fase itu,” akunya.

Baca juga : Selesaikan Pandemi, Menteri Sandi Ajak Insan Pariwisata Ikut Vaksinasi

Karena itu, dia berharap program vaksinasi berjalan sukses. Dan Pemerintah punya obat kuat atau stimulus untuk sektor pariwisata. Namun, dia berharap stimulus yang diberikan tidak berbentuk dana hibah.

“Karena dana hibah bakal habis untuk membayar kewajiban dan beban. seperti bayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), utang listrik, tunggakan karyawan serta biaya-biaya penambahan fasilitas untuk penerapan protokol kesehatan,” tutup Maulana. [DWI/IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.