Dark/Light Mode

Pakai Konsep Waralaba

Jajanan Korea Racikan Irma Hasilkan Rp 350 Juta Per Bulan

Jumat, 29 Maret 2019 15:16 WIB
Founder Yeobo Toppoki Irma Utari (kiri) dan Co-Founder
Deni Septandi di booth-nya ketika mengikuti pameran franchise di Jakarta. (Foto : DWI/RAKYAT MERDEKA).
Founder Yeobo Toppoki Irma Utari (kiri) dan Co-Founder Deni Septandi di booth-nya ketika mengikuti pameran franchise di Jakarta. (Foto : DWI/RAKYAT MERDEKA).

 Sebelumnya 
Sistem Franchise 

Setelah yakin, dia merilis usahanya di Januari 2018, ia membuka peluang kerja sama lewat sistem franchise, dengan nilai Rp 30 hingga Rp 35 juta. “Dengan modal segitu, mitra akan dapat gerobak yang 3D desain, full alat masak, booth, gas sampai capitan dari kita. Ada juga aplikasi kasir online, sehingga memudahkan pemilik gerobak untuk tidak dicurangi karyawannya,” jelasnya.

Menurut Irma, yang membuat bisnis franchisenya berbeda dengan kompetitornya, Yeobo tidak mengenakan royalty fee, yang biasanya membuat usaha model ini menjadi mahal. Untuk bahan baku, Irma bilang semua dari produk lokal. Untuk beras dan cake rice nya pun dibuat secara manual, dengan mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di sekitaran Margonda, Depok. 

Baca juga : Kembangkan Bandara Hanandjoeddin, AP II Siapkan Investasi Rp 560 Miliar

Sementara untuk rasa pedas di rapokki dan topokki, Irma menggunakan bubuk cabe lokal. Di makanan aslinya, orang Korean biasa menggunakan bubuk cabe asli atau biasa disebut gochugaru. Ia pun menjual jajanannya cukup terjangkau, mulai dari Rp 12 ribu untuk odeng, Rp 15 ribu untuk rapokki, dan Rp 12 ribu untuk topokki. 

Tak heran, laba bersih dari 1 mitra bisa mencapai Rp 23 juta per bulan. Sehingga total dari 10 mitra dengan pendapatan yang bisa naik turun tergantung penjualan, Yeobo Toppoki mampu meraup omzet hingga Rp 350 juta.

Dalam 2-3 tahun, Irma ingin menambah sekitar 20 mitra. Meskipun peminatnya cukup banyak, ia tetap mengadakan seleksi untuk menghindari calon mitra yang tidak serius, tiba-tiba bangkrut dan mengalihkan dananya.

Baca juga : Salurkan KUR Perikanan Rp 201 Miliar, Pemerintah Bantu Nelayan

Di kesempatan berbeda, Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Ginting Supit optimistis terhadap pertumbuhan franchise tahun ini. Banyak produk dan jenis bisnis kuliner dan fesyen asing yang berminat masuk ke Indonesia terus bertambah. “Sekarang ada waiting list dari Korea, Amerika, sama Eropa yang mau masuk ke sini, mereka lagi cari partner. Minat dan bisnis banyak ingin masuk ke Indonesia disebabkan pasar Tanah Air dinilai masih menarik,” katanya. 

Di 2019, jenis waralaba yang masih terus berkembang antara lain di sektor makanan dan minuman serta jasa. Hingga kini, usaha makanan dan minuman masih menduduki peringkat atas.

Hal tersebut juga dipengaruhi respons masyarakat Indonesia terhadap makanan dan minuman yang sangat positif. Menurutnya, dengan kondisi ekonomi yang masih naik turun, bisnis makanan dan minuman tidak pernah mati. “Kalau urusan perut tetap number satu ya,” ucapnya.  [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.