Dark/Light Mode

Punya Bahan Peledak Jenis Baru

Dahana Lirik Pasar Di Sektor Pertambangan

Minggu, 28 Februari 2021 19:32 WIB
Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Dahana (Persero) semakin masif memasarkan produk baru bahan peledak Dawagel, dengan merambah ke sektor pertambangan batubara di Kalimantan Timur.

Direktur Operasi Dahana, Bambang Agung mengatakan, pihaknya telah mengembangkan bahan peledak cair dengan nama Dawagel. Yang memiliki berbagai kelebihan dari produk ANFO (bahan peledak yang terdiri dari campuran Amonium Nitrate dan Fuel Oil). Bambang menjelaskan, kehadiran Dawagel tidak lepas dari situasi kekinian di sektor pertambangan. Di mana, eskalasi nilai jual komoditi mineral batubara sangat fluktuatif dan beberapa kali berada pada level sangat rendah.

Karena itu menurutnya, pada kondisi pandemi seperti sekarang, pelaku bisnis di pertambangan harus bisa menerapkan aplikasi yang efisien demi menekan biaya. Dengan tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah pertambangan yang  baik dan benar (good mining practice). Ia mencontohkan, salah satu elemen biaya dalam operasi penambangan adalah aspek pemberaian material, yaitu bisa berupa kegiatan pemboran dan peledakan.

Baca juga : Indonesia Perlu Peta Jalan Baru Agar Jadi Kekuatan Utama Dunia

"Komposisi biaya elemen ini sekitar 20 persen dari seluruh biaya penambangan batubara," ujar Bambang, melalui siaran pers, kemarin.

Sementara salah satu komposisi biaya terbesar dalam pemboran dan peledakan adalah elemen biaya bahan peledak utama, berupa Ammonium Nitrate, yaitu sekitar 80 persen. “Untuk itu kami mengembangkan sebuah produk bahan peledak, yang bisa mengurangi kandungan AN dalam komposisinya. Namun tetap  mempunyai daya ledak ekuivalen dengan ANFO atau bahkan lebih besar," klaim Bambang.

Adapun, keunggulan Dawagel ini di antaranya memiliki VOD (kecepatan peledakan) lebih besar hingga lebih dari 20 persen. Hal ini terekam dalam lubang ledak 6 3/4 inch = 4.844 m/detik. Lebih besar ketimbang memakai ANFO, yang hanya 3.795 m/detik. Selain itu, faktor pengembangan bisa mencapai 40 persen dalam lubang. Sehingga mengurangi jumlah penggunaan bahan peledak dan density lebih rendah dari ANFO yaitu di sekitar 0,7 - 0,75 gr/cc. Sehingga energi lebih efektif untuk  mengurangi getaran peledakan dan berat per meter kolom isi handak lebih rendah.

Baca juga : Pemerintah Prioritaskan Pengadaan Barang dan Jasa Dengan Ekolabel

“Kami berharap produk ini akan terus banyak digunakan di sektor pertambangan, terutama batubara. Sehingga biaya operasional penambangan bisa semakin seimbang dengan fluktuasi harga komoditi yang sangat tidak menentu,” harapnya.

Tidak hanya itu, perseroan juga tengah menjajaki kerja sama dengan TNI Angkatan Laut (AL). Hal ini ditandai adanya kunjungan TNI AL ke kawasan Energetic Material Center Dahana di Subang, Jawa Barat pada Kamis (25/2) lalu. “Mudah-mudahan ke depannya ada kerjasama yang bisa dilakukan antara TNI AL dengan Dahana,” akunya.

Untuk diketahui, selain bergerak di bidang bahan peledak komersial untuk pertambangan dan konstruksi, perseroan juga memiliki lini bisnis bahan peledak untuk pertahanan.  Bahan peledak atau bom untuk pertahanan itu di antaranya Bom P-100L, P-250L, P-500L untuk pesawat tempur Sukhoi milik TNI Angkatan Udara, Roket RHAN 122 dan peluncur roketnya, serta bahan peledak pertahanan lainnya. [IMA]

Baca juga : PLN Hadirkan Layanan Listrik 24 Jam Di Sei Menggaris

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.