Dark/Light Mode

Terbukti Sukses Kerek Penjualan, ISI Usul Diskon PPnBM Mobil Diperpanjang

Kamis, 23 September 2021 12:29 WIB
Kepala Biro Hukum Kemenperin Feby Setyo Hariyono dan Direktur Institute for Strategics Inisiative (ISI) Luky Djani. (Foto/ist)
Kepala Biro Hukum Kemenperin Feby Setyo Hariyono dan Direktur Institute for Strategics Inisiative (ISI) Luky Djani. (Foto/ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Program relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) 100 persen terbukti sukses meningkatkan penjualan mobil dan membantu pemulihan ekonomi. Program ini pun diusulkan untuk terus diperpanjang.

Begitu kata Direktur Institute for Strategics Inisiative (ISI) Luky Djani pada acara Diseminasi Analisis Dampak Insentif PPnBM DTP dan Sosialisasi PMK Nomor 120 Tahun 2021, Kamis (23/9).

“Dengan multiplier effect yang tinggi maka sebaiknya kebijakan ini diperpanjang,” ujarnya.

Menurut dia, ada beberapa alasan kenapa kebijakan ini perlu diperpanjang. 

Pertama, diskon PPnBM mobil terbukti berhasil meningkatkan penjualan pada saat pandemi. Bahkan, penjualan mobil hampir sama dengan kondisi normal. “Program relaksasi mampu mendorong masyarakat untuk membeli mobil lebih banyak karena harga lebih murah berkat potongan PPnBM DTP,” ujarnya.

Baca juga : Perpanjangan Diskon PPnBM Mobil Kerek Pertumbuhan Ekonomi

Kedua, program ini terbukti menguntungkan semua pihak, masyarakat, industri otomotif dan industri yang terkait dengannya, pemerintah dan perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan dengan net impact dari perbandingan dampak mobil pada saat pandemi dengan penjualan mobil pada saat pandemi dengan program relaksasi.

Ketiga, diskon PPnBM meningkatkan nilai penjualan mobil sebesar Rp 22,95 triliun. Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 10,62 triliun.

Keempat, diskon PPnBM berpotensi menciptakan penambahan output sebesar Rp 39,90 triliun dengan komposisi terbesar paling besar di industri pengolahan sebesar Rp 29 triliun; Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp 3,69 triliun; Pertambangan dan Penggalian sebasar Rp 1,7 triliun, dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 1,7 triliun.

Kelima, diskon PPnBM berpotensi menciptakan kesempatan kerja total sebesar 183 ribu orang, dengan komposisi paling besar berasal dari Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 77,301 orang, Industri Pengolahan 75,452 orang, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 17,719 orang, Transportasi dan Pergudangan sebesar 3,159 orang, dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 2,043 orang.

Keenam, diskon PPnBM berpotensi menciptakan pendapatan rumah tangga total sebesar Rp 6,6 triliun. Dengan komposisi terbesar berasal Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp. 1,2 triliun, Industri Pengolahan Rp. 3,8 triliun, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 17,7 miliar , Transportasi dan Pergudangan sebsar Rp 527,6 miliar, dan Jasa Keuangan dan Transportasi sebesar Rp 221,4 miliar, 

Baca juga : Corona Ngamuk, Pemerintah Siapkan Skenario PPKM Darurat Diperpanjang 6 Minggu

Ketujuh, total pendapatan negara yang diperoleh dengan diskon PPnBM sebesar Rp 5,17 triliun. Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 3,3 triliun. 

Menurut dia, diskon PPnBM memiliki risiko berupa potensi penerimaan negar yang hilang (Loss), namun juga memiliki potensi penerimaan negara yang diperoleh (Gain). 

“Potential Loss berupa Insentif PPnBM DTP yang dimanfaatkan oleh konsumen sebesar Rp 2,3 triliun, Potential Gain berupa Potensi pendapatan yang masih dapat dipungut akibat peningkatan penjulan mobil sebesar Rp 5,17 triliun yang berasal dari PPN, PKB, dan BNKB,” ujarnya.

Kedelapan, diskon PPnBM bagi sektor otomotif juga memberikan dampak peningkatan permintaan input di sektor industri sebesar Rp 29 triliun, dengan porsi terbesar terjadi di Industri Kendaraan Bermotor, Trailer Dan Semi Trailer mencapai Rp 26 triliun, Industri Karet, Barang Dari Karet Dan Plastik sebesar Rp 736 miliar, dan Industri Peralatan Listrik sebesar Rp 609 miliar.

Kesembilan, dampak peningkatan sektor non-industri sebesar Rp 6 triliun, dengan porsi terbesar pada Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar Rp 3,2 triliun, Transportasi dan Pergudangan sebesar Rp 772 miliar, dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar Rp 643 miliar.

Baca juga : Ada Serbuan Produk Impor, Pengusaha Tekstil Meradang

Kesepuluh, efek penciptaan output pada sektor industri otomotif sebesar Rp 26 triliun, Industri Karet, Barang Dari Karet Dan Plastik sebesar Rp 258 miliar, dan Industri Peralatan Listrik sebesar Rp 183 miliar. 

Sedangkan, efek penciptaan output sektor non-industri yang dipicu oleh peningkatan output sektor otomotif sebesar Rp 10 triliun dengan porsi terbesar berasal dari Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 2,8 triliun, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar Rp 1,7 triliun, dan Transportasi dan Pergudangan sebesar Rp 1,42 triliun. [DIT]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.