Dark/Light Mode

Kembangkan Katalis Berteknologi Tinggi

Pertamina dan ITB Sukses Jalankan Co-Processing di Kilang Pertamina Dumai

Sabtu, 18 Mei 2019 10:41 WIB
Peninjauan lokasi dan pemantauan perkembangan program ini dilaksanakan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir didampingi Direktur Perencaan Investasi dan Pemantauan Resiko (PIMR) Heru Setiawan, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsyah Suryadi dan Nandang Kurnaedi GM Pertamina RU II di Kilang Pertamina Dumai Kamis (16/5). (Foto: Humas Pertamina).
Peninjauan lokasi dan pemantauan perkembangan program ini dilaksanakan oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir didampingi Direktur Perencaan Investasi dan Pemantauan Resiko (PIMR) Heru Setiawan, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsyah Suryadi dan Nandang Kurnaedi GM Pertamina RU II di Kilang Pertamina Dumai Kamis (16/5). (Foto: Humas Pertamina).

 Sebelumnya 
Setelah berhasil menciptakan katalis, pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Distillate Hydrotreating Unit (DHDT) yang berada di kilang Pertamina Dumai, berkapasitas 12.6 MBSD (Million Barel Steam Per Day).

Penggantian katalis lama dengan versi baru ciptaan dalam negeri mulai dijalankan pada Februari 2019. Injeksi bahan baku minyak nabati pun mulai dilaksanakan pada Maret 2019.

Baca juga : Kembangkan Jenis Unggul, Pertamina EP Panen SRI Bersama Warga Karawang

"Dari hasil uji coba, pengolahan dengan sistem co-processing di unit DHDT ini dapat menyerap feed RBDPO hingga 12 %. Pencampuran langsung RBDPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan komponen gasoil dengan kualitas lebih tinggi karena angka cetane mengalami peningkatan hingga 58 dengan kandungan sulphur lebih rendah", ungkap Nandang.

Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).

Baca juga : Pertamina Pastikan LPG 3 Kg di Kalimantan Aman

RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan bahan bakar solar ramah lingkungan.

Terkait dampak yang diberikan pelaksanaan program terhadap negara, Menristek Dikti Mohamad Nasir menjelaskan dengan penggunaan 10 hingga 12 % feed dari minyak nabati, negara dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk mengimpor minyak mentah hingga 1.6 Juta USD per tahunnya.

Baca juga : Pertamina MOR IV Gelar Pasar Murah di Tiga Lokasi

Ia pun berharap agar program ini dapat terus dikembangkan sehingga serapan minyak nabati di kilang Pertamina dapat semakin meningkat. "Dengan serapan 10 % saja negara sudah bisa berhemat banyak. Ke depannya semoga bisa lebih meningkat lagi", pungkasnya. [SRI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.