Dark/Light Mode

Pemerintah Mau Full Mobil Listrik, 47 Persen Industri Komponen Terancam

Sabtu, 16 Oktober 2021 12:30 WIB
Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim saat menjadi pembicara webinar Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Industri (FORWIN) secara daring, Jumat (15/10). (Foto: Ist)
Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim saat menjadi pembicara webinar Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Industri (FORWIN) secara daring, Jumat (15/10). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peralihan kendaraan bermesin menuju kendaraan listrik sebaiknya juga tidak mengganggu industri pendukung otomotif lainnya.

Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Shodiq Wicaksono mencatat, setidaknya ada 1,5 juta karyawan yang bekerja di industri pendukung otomotif Tier 1 sampai Tier 3 yang perlu diperhatikan karena akan terdampak kebijakan mobil listrik tersebut.

Baca juga : Pemerintah Harus Paksa Perusahaan Bikin Smelter Di Lokasi Tambang

“Perlu ada transisi teknologi untuk meminimalisir dampak perubahan struktur industri supplier sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pengalihan teknologi diharapkan berjalan secara alami, bisa cepat atau lambat tetapi sebaiknya mengakomodasi semua pihak,” ujar Shodiq saat menjadi pembicara webinar ‘Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi’ yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Industri (FORWIN) secara daring, Jumat (15/10).

Mengamini pernyataan tersebut, Ketua Umum Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Hamdhani Dzulkarnaen Salim memperkirakan sekitar 47 persen perusahaan komponen yang menjadi anggota asosiasinya akan terdampak kebijakan kendaraan listrik.

Baca juga : Kemenperin Ngebet Bangun Ekosistem Industri Halal

“Terutama perusahaan yang yang memproduksi mesin dan ribuan komponen di dalamnya, kemudian produsen transmisi juga akan terpengaruh, yang memproduksi tangki dan filter BBM serta oli, sampai exhaust valve pasti akan terpengaruh,” tegas Hamdhani.

Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia menurut Hamdhani mau tidak mau membuat anggota GIAMM yang nanti hasil produksinya tidak lagi digunakan untuk membuat komponen baru dengan nilai investasi yang tidak sedikit.

Baca juga : Pemerintah Dukung Pengembangan Inovasi Keuangan Digital

“Untuk bisa melakukan itu, kami perlu partner yang mumpuni di bidang teknologi kendaraan listrik. Sementara kalau diperhatikan, pabrikan otomotif contohnya Toyota, Hyundai, Tesla, dan Nissan itu mereka justru memiliki pabrik baterai sendiri. Buat kami, ini menjadi tantangan,” jelasnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.