Dark/Light Mode

Single System, BSI Selesaikan Tahap Akhir Migrasi Nasabah

Senin, 1 November 2021 15:19 WIB
Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers Tasyakuran Single System secara virtual, Senin (1/11). (Foto: Istimewa)
Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam konferensi pers Tasyakuran Single System secara virtual, Senin (1/11). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Kedua adalah menemukan perubahan bisnis model yang optimal. Sejak melakukan merger, bisnis model yang dimiliki oleh tiga bank legacy belum tentu sesuai dengan tuntutan nasabah saat ini.

Untuk itu, BSI melakukan tuning untuk memperbaiki, mengimprove bisnis model yang ada di BSI saat ini, baik itu di segmen bisnis, teknologi dan delivery channel.

"Terakhir value creation, baik dari aspek bisnis maupun operation dan juga perubahan bisnis model. Tujuan akhirnya adalah menuju kepada satu value creation yang optimal," tegasnya.

Dengan berpegang pada ketiga nilai tersebut, BSI mampu menorehkan kinerja yang terus meningkat pada triwulan III -2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,26 triliun, naik 37,01 persen secara year on year (YoY).

Baca juga : Gandeng Istiqlal, BSI Siapkan Layanan Digitalisasi Masjid

Perolehan laba bersih yang gemilang ditopang pula kinerja berbagai sektor. Di antaranya perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 219,19 triliun.

Terkait DPK, Hery menegaskan pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI tumbuh signifikan sebesar 16,22 persen yoy atau mencapai Rp 30,35 triliun.

Adapun secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57 persen yoy dengan angka mencapai Rp 91,43 triliun pada kurun waktu yang sama. Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini sekitar 2,10 persen.

Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67 persen. Selain DPK, kinerja pembiayaan pun tak kalah moncer. Pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38 persen yoy yang mencapai Rp 163,32 triliun.

Baca juga : PKP Ingatkan Ancaman Disintegrasi Bangsa

BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) nett sebesar 1,02 persen. Hery menjelaskan, pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp 77,89 triliun.

Jumlah itu naik sekitar 21,43 persen yoy dari sebesar Rp 64,14 triliun. Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58 persen yoy dengan penyaluran mencapai Rp 4,42 triliun dari sebelumnya Rp 3,82 triliun.

Realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari-September 2021 mencapai Rp 10,58 triliun, tumbuh sekitar 7,29 persen yoy dari sebelumnya sebesar Rp 9,86 triliun. Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74 persen.

Menurut Hery, BSI terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93 persen, atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40 persen.

Baca juga : Di Tengah Pandemi, Banyak Milenial Cari Rumah Tapak Minimalis

Dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp 251,05 triliun atau naik sekitar 10,15 persen yoy dari Rp 227,92 triliun.

Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133 persen yoy.

Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95 persen transaksi di BSI sudah menggunakan e-Channel. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.