Dark/Light Mode

Resep Erick Thohir Saat Alami Kegagalan

Kena Masalah Sulit, Kita Jangan Tidur Atau Nyerah…

Kamis, 9 Desember 2021 07:00 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir menjadi narasumber “Muda Podcast” yang dipandu Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara, Rabu (8/11/2021). (Foto: BUMN Muda)
Menteri BUMN, Erick Thohir menjadi narasumber “Muda Podcast” yang dipandu Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara, Rabu (8/11/2021). (Foto: BUMN Muda)

 Sebelumnya 
Tentang transformasi BUMN besar-besaran, Erick menceritakan, itu sebuah keharusan. Ada ratusan BUMN, tapi yang bisa ngasih deviden hanya 11 perusahaan. Diciutkan jadi puluhan, yang bisa ngasih deviden masih 11. Ini artinya, daripada bikin banyak perusahaan, lebih baik sedikit tapi sehat. Model bisnis harus berubah, kalau nggak siap, bisa bubar.

Transformasi BUMN, dari segi jumlah, grouping dan leadership, penting supaya bisa berdaya saing global. “Ibarat lomba lari, nggak ada yang mau di finish nomor tiga. Indonesia sekarang masuk G20, ibarat kompetisi, itu bagus. Nah, mereka yang tertinggal pasti nggak suka melihat kita. Apalagi kita punya market dan sumber daya alam yang besar. Jadi harus dijaga untuk ketahanan bangsa sendiri, jangan dipakai untuk pertumbuhan bangsa lain,” paparnya.

Transformasi BUMN memang tidak mudah. Men-down sizing, merger, dan seterusnya. Tapi, harus dilakukan, karena BUMN adalah sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia. Jangan sampai jebol. “Indonesia punya laut, sinar matahari banyak, lahan subur, air berlimpah, tapi masa hidupnya impor terus,” katanya. Makanya, sekarang, dimulai bikin sendiri.

Baca juga : MPR Diskusi Perkuat Wawasan Kebangsaan Di Kalangan ASN

Misalnya, buat paracetamol, obat Covid dicoba buat. Kerjasama dengan pihak swasta atau asing boleh, tapi jangan kalahan. “Baru dikasih dikit, kita jangan mau jual negara ini,” ujarnya.

Soal pimpinan muda dan keseteraan gender di BUMN, Erick bilang nggak asal tunjuk. Bukan sekedar muda atau wanita, tapi harus ada kompetensi. Dia cerita, sejak muda sudah ditantang ayahnya untuk memimpin perusahaan. Usia 29 tahun, pegang surat kabar. Dan memulai bisnis di usia 23. Jatuh bangun. Sampai pinjam uang dan berutang dari sahabatnya, untuk bertahan dari terpaan krisis. “Saya yakin, anak muda berani melakukan perubahan. Saya mau BUMN dengan leadership muda-nya bisa mengguncang dunia. Ini bukan hanya mimpi,” katanya.

Enakan jadi menteri atau pengusaha? Pengusaha, jawab Erick cepat. “Jadi pengusaha itu, independen, bebas mengatur waktu, punya waktu buat keluarga. Apalagi sempet jadi presiden Inter Milan. Itu nikmat,” katanya.

Baca juga : Kalau Bisa Dipersulit, Kenapa Mesti Dipermudah?

Tapi, jadi menteri pun ada nikmat yang lain. Bukan untuk pribadi, tapi konteksnya lebih besar, bisa melakukan hal-hal yang konkret, membantu masyarakat dalam skala yang lebih luas. Misalnya, lapangan kerja, membantu UMKM, yang jauh lebih massif dikerjakan, dibanding saat jadi pengusaha. “Dulu bicara lapangan kerja 2 ribu, 10 ribu, 20 ribu.

Sekarang, misalnya, lewat program Mekaar, bisa menciptakan lapangan kerja untuk 5 juta orang dalam waktu 1,5 tahun. Itu tak mungkin bisa dilakukan, saat kita jadi pengusaha,” kata dia.

Kita pengen tahu, seorang Erick Thohir itu pernah menangis nggak sih? tanya host. Erick bilang, dari luar, mungkin ada yang menilai dia tegas, tangguh, keras. Tapi sebetulnya, dia mudah terharu. Saat berkunjung ke panti disabilitas, Erick bilang dia tersentuh. “Mereka dengan kekurangannya, tapi pandai melukis. Jadi saya bantu mereka diberi laptop supaya melukisnya tidak di hape-nya lagi,” katanya. [NAN/SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.