Dark/Light Mode

Mendes PDTT: Kolaborasi, Kunci Model Transmigrasi Transpolitan

Kamis, 19 Mei 2022 21:27 WIB
Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar berdiskusi dengan Dekan Fakultas UGM Danang Sri Hatmoko beserta para dosen di Kampus UGM, Yogyakarta, Kamis (19/5). (Foto: Humas Kemendes PDTT)
Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar berdiskusi dengan Dekan Fakultas UGM Danang Sri Hatmoko beserta para dosen di Kampus UGM, Yogyakarta, Kamis (19/5). (Foto: Humas Kemendes PDTT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) meluncurkan model baru dalam pengembangan kawasan transmigrasi.

Model Transpolitan diyakini menjadi model terbaik dalam mempercepat Kawasan transmigrasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

"Model Transmigrasi Transpolitan dikembangkan dengan basis kolaborasi pentahelix antara pemerintah, komunitas, kalangan swasta, dan akademisi. Kolaborasi ini akan banyak memberikan keunggulan jika dibandingkan dengan model transmigrasi konvensional yang selama ini kita lakukan," ujar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar.

Baca juga : Transportasi Siap Bangkit

Hal itu disampaikannya saat memberikan kuliah umum dengan tema Pembangunan Desa Berkelanjutan dan Kebangkitan Transmigrasi Modern untuk Kemajuan Bangsa di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (19/5).

Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar mengatakan, pelaksanaan program transmigrasi tidak bisa dilakukan dengan pendekatan konvensional.

Dibutuhkan terobosan dan inovasi, sehingga program pemerataan pembangunan ini bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman. Dari transmigrasi konvensional, menuju konsep transpolitan yang berbasis ekonomi digital dan bertumpu pada peningkatan sumber daya manusia.

Baca juga : Menkes: Pelonggaran Pemakaian Masker Langkah Transisi Menuju Endemi

"Ini tantangan yang harus kita jawab, agar program transmigrasi mampu menjawab permasalahan pengangguran, pengentasan kemiskinan, serta mempercepat tumbuhnya ekonomi di Kawasan transmigrasi," bebernya.

Gus Halim mengatakan, pendekatan baru berbasis konsep Transpolitan ini dalam pelaksanaanya dibarengi dengan revitalisasi kawasan transmigrasi yang eksisting.

Dengan demikian, program transpolitan tidak kemudian meninggalkan begitu saja upaya mengembangkan kawasan transmigrasi yang sudah ada.

Baca juga : Jerman-Indonesia Pererat Kolaborasi Atasi Masalah Perubahan Iklim

"Intinya dua, revitalisasi kawasan transmigrasi eksisting, salah satunya dengan memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sisa tanah HPL (hak pengelolaan lahan), kedua dengan transpolitan," tegas Gus Halim.

Selain itu, dia juga memaparkan beberapa kriteria dalam konsep transpolitan. Di antaranya, percepatan penyiapan dan pembangunan lahan transmigrasi untuk menghemat waktu serta efisiensi anggaran, optimalisasi peningkatan SDM, dan kemitraan Pentahelix. Serta, dukungan pengembangan produk-produk potensial Kawasan transmigrasi dari hulu ke hilir.

"Kita butuh percepatan penyediaan lahan, kolaborasi pentahelix, ada peran swasta sebagai penjamin produk, peran akademisi sebagai inovator atas gagasan maupun temuan di bidang ilmu pengetahuan, serta komunitas sebagai aktor utama ekonomi kreatif. Tantangan sekarang, kita ingin menciptakan model bisnis baru agar bisa memberikan manfaat pada transmigran," imbaunya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.