Dark/Light Mode

SBY Tawari 8 Kursi Menteri Ke Mega, Fakta Apa Hoaks

Jumat, 9 Agustus 2019 10:22 WIB
Moment Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri bersalaman. :Foto:Istimewa)
Moment Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri bersalaman. :Foto:Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, kemarin, blak-blakkan pernah ditawari delapan kursi menteri oleh Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Namun, dia menolaknya dan lebih memilih menjadi oposisi. Apakah kisah yang disampaikan Mega itu fakta atau hoaks ya? 

Kisah itu diceritakan Mega dalam pidato politik pembukaan Kongres V PDIP di Hotel Grand Inna Bali Beach, Bali, kemarin. “Waktu Presidennya Pak SBY, saya bilang sama beliau, Pak, saya nggak masuk kabinet. Eh ditawari 8 atau piro (berapa). Menteri loh,” ungkap Mega. Namun, dia menolak tawaran Ketum Demokrat itu. “Sepuluh tahun. Hidup juga kok,” selorohnya disambut tepuk tangan meriah dari hadirin. 

10 tahun yang dimaksud Mega adalah 10 tahun PDIP oposisi di era pemerintahan SBY. Mega menyebut, saat itu beberapa kader PDIP sempat kecewa karena dengan penolakannya itu. Mega sempat diprotes. Tapi Mega dengan mudah menskak-mati mereka. “Anak-anak tadinya menggerutu. Ibu gimana sih, sudah susah-susah berjuang. Saya bilang, kalau lu kepingin jadi menteri, keluar dari PDI Perjuangan,” tegas Mega. 

“Ndak patheken (tidak masalah),” imbuhnya. Tapi lain dulu, lain sekarang. Mega memastikan kader PDIP akan ada di kabinet pemerintahan Jokowi. “Kita partai pemenang wajar kalau ada kader PDIP jadi menteri,” jelasnya. 

Baca juga : Jokowi Nyenengin Mega

Bahkan, dia tegas meminta ke Jokowi agar jatah menteri PDIP terbanyak nantinya. “Saya dikasih cuma 4 (menteri) ya emoh. Tidak mau. Yang nggak dapat aja minta,” tandasnya. 

Dikonfirmasi soal pernyataan Mega ini, Wasekjen Demokrat (PD) Andi Arief membenarkannya. “Ibu Mega menceritakan fakta sejarah,” ujarnya saat dihubungi wartawan, kemarin. 

Andi mengaku jadi saksi ketika SBY mengajak PDIP dan Gerindra bergabung dengan pemerintahan. Sikap SBY yang menjalankan politik gotong royong ini, dinilai Andi sama dengan pemerintahan Presiden Jokowi. 

“Pemerintahan Pak Jokowi 2014-2019 juga hampir mirip, mengajak PAN, Golkar dan PPP bergabung, Partai Demokrat juga ditawari posisi dalam pemerintahan oleh Pak Jokowi langsung,” bebernya. 

Baca juga : Mega Istimewakan Prabowo

“Namun, SBY dan Demokrat saat itu memilih jadi penyeimbang,” tutur Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam era SBY itu. Untuk pemerintahan 2019-2024, Andi Arief menyerahkan keputusan kepada Jokowi, apakah akan merangkul semua parpol atau tidak. 

“Kita menunggu dan menghormati,” tutupnya. Terpisah, Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin mengaku tidak mengetahui kebenaran pernyataan Mega itu. 

“Saya tidak berani menanggapi terlalu jauh karena saya tidak tahu terlalu banyak mengenai peristiwa itu. Saya baru bergabung ke demokrat tahun 2005,” ujarnya saat dikontak Rakyat Merdeka, semalam. 

Tetapi, menurut Amir, seandainya apa yang disampaikan itu benar, berarti dugaan adanya kendala komunikasi antara SBY dan Mega hanyalah spekulasi yang tidak berdasar. 

Baca juga : Jadi Menteri, Siap! Jadi Ketua DPR, Siap!

“Karena tawaran kursi menteri dengan jumlah besar tentulah didasari kepercayaan dan penghormatan yang sangat tinggi dari seorang SBY kepada Megawati,” bebernya. 

Kalaupun tawaran itu kemudian ditolak, lanjutnya, di situlah terlihat sikap kenegarawanan Mega yang konsisten. “Dengan memberi kesempatan kepada pemenang memerintah dan mengambil posisi oposisi untuk terwujudnya check and balances yang sangat penting dalam politik bernegara,” tandas eks Menkumham ini. 

Eks Sekjen Partai Bintang Mercy Marzuki Alie juga mengaku tak tahu soal itu. “Saya nggak ngerti, karena itu hak prerogatif beliau dan saya tidak ditugaskan untuk itu,” kata eks ketua DPR itu. Sementara Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Achmad Mubarok menyebut pernyataan Mega itu tidak benar. “Nggak betul,” ujarnya singkat saat dikontak, semalam. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.