Dark/Light Mode

Siaga Tsunami, 2 Pulau Dikosongkan

Sabtu, 29 Desember 2018 06:26 WIB
Warga Pulau Sebuku dan Sebesi, dievakuasi ke Kota Kalianda, Lampung Selatan sejak Rabu (26/12), untuk mengantisipasi tsunami susulan. (Foto: ANTARA)
Warga Pulau Sebuku dan Sebesi, dievakuasi ke Kota Kalianda, Lampung Selatan sejak Rabu (26/12), untuk mengantisipasi tsunami susulan. (Foto: ANTARA)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah berkejaran dengan waktu, mengantisipasi kemungkinan terjadinya tsunami susulan di kawasan Selat Sunda. Dua pulau di Lampung, yang letaknya paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau, kini tengah dikosongkan. Kedua pulau itu adalah Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku. Jarak kedua pulau itu dengan Gunung Anak Krakatau hanya 19 km. Saat tsunami melanda pekan lalu, warga di dua pulau ini sempat terisolir.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, dari 2.814 jiwa penduduk Pulau Sebesi, 1.600 jiwa di antaranya sudah dievakuasi. " Ini untuk mengantisipasi dampak erupsi yang ditimbulkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau. Jika anginnya berbalik menuju ke arah timur laut atau utara, Pulau Sebesi pasti terdampak," tutur Sutopo di Gedung BNPB, Jumat (28/12).

Kabid Humas Polda Lampung Kombes Sulistyaningsih menyebut, warga Pulau Sebesi dan Sebuku mulai dievakuasi sejak Rabu (26/12). Mereka dievakuasi ke Kota Kalianda, Lampung Selatan. "Warga di kedua pulau itu meminta Polda Lampung untuk mengevakuasi mereka, karena takut tsunami terjadi lagi," ujarnya, Jumat (28/12).

Baca juga : Korban Jiwa Tsunami Selat Sunda Di Lampung Capai 77 Orang

Sulistyaningsih menyebut, warga dibawa dari pulau-pulau itu ke Dermaga V, Bakauheni, Lampung Selatan. Semua diangkut dengan 4 kapal, antara lain KM Jembio, KM Trisula, KM Sabuk Nusantara, dan KM Jatra III. "Pengungsi tiba di Pelabuhan Bakauheni, Rabu (26/12) siang, kemudian dibawa menggunakan bus menuju Lapangan Tenis Indoor Kalianda Lampung Selatan," ujar Sulistyaningsih, Jumat (28/12).

Di pengungsian, telah disediakan bantuan seperti makanan, baju, dan selimut. Berdasarkan data polisi, warga Pulau Sebesi yang dievakuasi berjumlah 1.300 orang. Sedangkan Pulau Sebuku, 50 orang. Masih ada sekitar seribu warga di kedua pulau itu, yang menolak dievakuasi dengan alasan ingin menjaga rumah dan ternaknya. "Para pengungsi rencananya akan berada di tempat pengungsian hingga seminggu ke depan, sambil menunggu perkembangan selanjutnya," beber Sulistyaningsih. Tsunami di pesisir Lampung menimbulkan 116 korban. Masih ada 14 korban hilang yang belum ditemukan.

Jumat (28/12), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan turun langsung memantau aktivitas Anak Krakatau di pos pengamatan, Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka. Kunjungan Menteri Jonan ini untuk memastikan alat-alat pemantauan gunung api berfungsi dengan baik dan maksimal. Sekaligus, memberikan semangat kepada petugas jaga di pos pengamatan.

Baca juga : Korban Meninggal Tsunami Selat Sunda Capai 373 Orang

Pada kesempatan ini, Menteri Jonan didampingi Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar dan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah. Peralatan yang tersedia di pos pengamatan, antara lain penunjuk arah mata angin untuk memonitor pergerakan abu vulkanis. CCTV untuk memantau secara visual gunung, infrasonik dan seismograf sebanyak dua buah dengan dua jenis keakuratan, yang ditempatkan di Pulau Sertung.

Jonan mengatakan, untuk saat ini alat pemantau aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau sudah cukup. Hanya saja ada beberapa alat seismograf rusak, yang terpasang di bawah kaki Anak Krakatau. "Yang rusak itu, coba dipindah dan pinjam alat dari tempat lain. Karena kalau harus pengadaan, lama sekali waktunya," ujar Jonan.

Seismograf itu akan segera dipasang lagi pada dua titik di pulau sekitar Anak Krakatau. Pemasangan itu menunggu kondisi cuaca dan aktivitas gunung api yang memungkinkan. Seismograf tersebut mengalami tiga kali pergantian sejak meningkatnya aktivitas gunung ini pada Juli 2018, karena beberapa kali terkena dampak erupsi.

Baca juga : Putri Akom Memaklumi, Tapi Ogah Diduakan

Pemprov Banten sudah menetapkan tanggap darurat bencana akibat tsunami Selat Sunda per Kamis, 27 Desember 2019, sampai Rabu, 9 Januari 2019. Penetapan ini mempertimbangkan dua keputusan Pemda Pandeglang dan Serang, yang telah menetapkan status tanggap darurat penanganan tsunami.

Berdasarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, paling tidak ada 14.587 orang yang harus mengungsi akibat tsunami. Data sementara, ada 526 unit rumah, 14 hotel, 60 warung kuliner bibir pantai, 215 gazebo, dan 44 unit perahu yang rusak. Lewat penetapan darurat bencana ini, seluruh instansi terkait diminta ikut dalam penanganan pascabencana dan pemulihan kawasan. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.