Dark/Light Mode

Food Estate Jadi Solusi

Airlangga: Kalau Mau Jadi Negara Maju, Perut Harus Kenyang

Sabtu, 24 Juni 2023 22:50 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan) dalam sesi Rembuk Kebangsaan Iklim, Indonesia Net-Zero Summit 2023 di Djakarta Theatre, Sabtu (24/6). (Foto: Firsty Hestyarini/RM)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kedua kanan) dalam sesi Rembuk Kebangsaan Iklim, Indonesia Net-Zero Summit 2023 di Djakarta Theatre, Sabtu (24/6). (Foto: Firsty Hestyarini/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sangat mengapresiasi sesi Rembuk Kebangsaan Untuk Iklim, yang digelar Foreign Community Policy of Indonesia (FPCI) dalam acara Indonesia Net-Zero Summit 2023: It's Now or Never!! yang digelar di Djakarta Theatre, Sabtu (24/6).

"Visi ini penting, karena ingin mencapai Indonesia Emas di tahun 2045, atau 100 tahun setelah kita merdeka. Fase pentingnya ada di tahun 2025-2035, karena di tahun 2024 kita akan menggelar Pemilu. Siapa yang kita pilih, akan menentukan keberhasilan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia Emas," kata Airlangga, dalam sesi Rembuk Kebangsaan Untuk Iklim, yang dipandu Founder & Chairman FPCI Dino Patti Djalal.

Tantangan menuju Indonesia Emas itu tak hanya datang dari persoalan ekonomi dan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM), tetapi juga perubahan iklim.

Terkait hal ini, Airlangga menekankan, Indonesia sudah komit mencapai target net zero emission pada tahun 2060. 

Baca juga : Pj Bupati Apriyadi: Ratusan Ribu Masyarakat Muba Bergantung Sumur Minyak

"Dalam 10 tahun ke depan, kita akan mengembangkan energi berbasis hijau," kata Airlangga, yang juga Ketua Umum Partai Golkar.

Dia menjelaskan, saat G20 kemarin, Amerika dan Uni Eropa menyatakan komitmen 600 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Sebanyak 300 miliar dolar AS, merupakan bantuan Uni Eropa untuk green energy

Sementara Jepang, lewat bantuan berlabel Just Energy Transition (JET), menyediakan 20 miliar dolar AS. 

"Saat ini, kita sedang membahas program implementasi, yang salah satunya adalah pengembangan hydro power 10 Giga Watt atau 10 ribu Mega Watt, seperti yang dibangun di Kalimantan Utara," papar Airlangga.

Baca juga : Literasi Jadi Fondasi Untuk Membangun Negara Produsen

Setiap Giga Watt yang dihasilkan, akan ditukar dengan pembangkit berbasis batu bara. Di sana on, di sini dimatikan.

"Di situlah komitmen pemerintah, di samping membangun food estate. Karena kita tidak ingin, climate change, La Nina, dan fenomena kekeringan membuat kita tidak punya stok pangan," tutur Airlangga.

"Untuk jadi negara maju, perut harus kenyang. Kita harus bisa mengamankan pangan untuk bangsa sendiri," ucap Airlangga.

"Saat ini, Indonesia adalah salah satu negara yang terbaik pertumbuhan ekonominya. Kita nomor 2 di kelompok G20. Tingkat inflasi kita, juga termasuk yang terendah di dunia. Penanganan Covid kita, terbaik kelima di dunia," pungkas mantan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN​) ini. ■

Baca juga : Menanggapi Eskalasi Ketegangan Di Laut China Selatan

 

 

 

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.