Dark/Light Mode

Jangan Terjebak Hoaks, Yuk Ngobrolin Pemilu Dengan Cerdas Di Medsos

Sabtu, 10 Februari 2024 23:25 WIB
Foto: Zoom
Foto: Zoom

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemilu sedang merajai topik pembicaraan di media sosial sebagai platform interaktif warganet, baik untuk mendapatkan informasi maupun mendiskusikan topik pergulatan politik tahun ini.

Media sosial pun menjadi kanal utama dalam menyampaikan aspirasi. Diharapkan masyarakat dapat bersikap bijak untuk meminimalisir polemik yang mungkin terjadi.

Sebab, Kementerian Kominfo mencatat, terjadi peningkatan secara signifikan terkait isu hoaks menjelang Pemilu hingga awal Januari 2024.

Yaitu, sebanyak 103 ribu konten hoaks, dengan mayoritas tersebar di platform milik Meta.

Untuk memahami tren teknologi digital dan strategi menghadapi tantangan, serta memanfaatkan media sosial dengan bijak karena kurangnya literasi digital, Kementerian Kominfo menyelenggarakan Obral-Obrol Literasi Digital, pada Jumat (9/2/2024), yang mengangkat topik "Obrolan Netizen Tentang Pemilu di Media Sosial".

Fenomena percakapan terkait Pemilu di tahun 2024 dengan Pemilu sebelumnya, yaitu pada tahun 2019, sangat berbeda.

Tahun 2024, merupakan tahun yang seru dan meriah, karena perhelatan demokrasi tidak hanya penting di Indonesia tapi di seluruh dunia.

Baca juga : Jelang 14 Februari, KSPSI Jabar Dukung Pemilu Damai

Ada 50 negara yang akan menyelenggarakan Pemilu, atau sekitar 50 persen penduduk bumi sedang menikmati perhelatan demokrasi.

Penggiat Literasi Digital dan Dewan Pengarah Siberkreasi Ndoro Kakung mengungkapkan, pesta demokrasi di Indonesia ini akan menjadi perhelatan terbesar di dunia yang diselenggarakan dalam satu hari.

Lebih dari 200 juta di Indonesia dan 1,75 juta pemilih di luar negeri akan menggunakan suaranya untuk memilih Presiden, Anggota DPR RI, Anggota DPD, Anggota DPRD Provinsi, dan Anggota DPRD Kab/Kota.

”Pada pemilu kali ini, juga akan didominasi dengan pemilih muda dengan rentang usia 22 tahun hingga 32 tahun, atau sebesar 56 persen, dengan total 11 juta pemilih merupakan pemilih pemula. Demografi ini juga yang paling aktif menggunakan media sosial, sehingga dapat menjadi sasaran audiens para kandidat,” ungkap Ndoro Kakung.

Tahun ini penggunaan Artificial Inteligence atau AI dalam konten pemilih, untuk pertama kalinya sangat masif.

Sedangkan di pemilu sebelumnya, AI belum digunakan sebagai alat peraga kampanye.

Karena itu, atribut kampanye yang diwarnai konten AI menjadi sesuatu yang baru pada kampanye tahun 2024.

Baca juga : Jaksa Agung Tegaskan, Netralitas Di Pemilu 2024 Harga Mati

Meski TikTok merupakan platform media sosial dengan fokus pada konten hiburan, tapi penggunanya memiliki antusiasme tinggi pada topik politik.

Karena itu, TikTok membangun kerja sama dengan dua lembaga besar penyelenggara pemilu di Indonesia, yaitu Bawaslu dan KPU, seperti yang diungkapkan Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia Faris Mufid.

Hal ini, kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran Pusat Panduan Pemilu pada aplikasi agar pengguna terinfo dengan baik terkait pilihan pada pemilu nanti.

”Sebelum memilih kita tahu nih. Oh, cari tahu nih siapa yang harus dipilih. Kalau misalkan hak pilih kita harus dipastikan dulu nih, kita pilih di mana, kalau terdaftar apa yang harus dilakukan. Hal-hal seperti ini kami juga encourage pada pengguna kami,” papar Faris.

Sebagaimana pengalaman Komika, Dian Iyoy dalam menggunakan media sosial selama masa Pemilu.

Karena pada masa pemilu, apa pun konteks konten yang diunggah, hampir dipastikan akan ada unsur politik.

Sehingga, seringkali penempatan komentar tidak tepat dan menimbulkan konflik.

Baca juga : Debat Terakhir Capres, Prabowo Pemimpin Merangkul, Bukan Memukul

Padahal perbedaan atau ketidaksepakatan pada sebuah pilihan adalah hal yang wajar, sehingga pemilu dapat menjadi momen yang menyenangkan.

Prinsip saling menghargai walau beda pilihan harus dijaga. Jika kita menghargai perbedaan pilihan, maka Pemilu akan berjalan damai.

“Kemudian, untuk menyikapi berita hoaks jangan telan mentah-mentah informasi atau berita yang kita dapat. Apalagi zaman sekarang kita sudah dipermudah dengan internet, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencari kebenaran informasi,” imbau Dian.

Karena itu, dalam menanggapi suatu berita sebaiknya tidak mudah terpancing dan tetap menggunakan akal sehat.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.