Dark/Light Mode

Wamenag: Hindari Kesalahpahaman, Stop Polemik Ucapan Salam

Selasa, 12 November 2019 12:30 WIB
Wamenag Zainut Tauhid Saadi (Foto: Humas Kemenag)
Wamenag Zainut Tauhid Saadi (Foto: Humas Kemenag)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Menteri Agama atau Wamenag Zainut Tauhid Saadi meminta semua pihak, untuk menghentikan perdebatan soal masalah ucapan salam semua agama dalam acara resmi.

"Karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kesalahpahaman dan mengganggu harmoni kehidupan umat beragama," imbau Zainut lewat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/11).

Zainut menghargai adanya berbagai pandangan dan pendapat soal ucapan salam, baik yang melarang maupun yang membolehkan. Semua dinilainya masih dalam koridor dan batas perbedaan, yang dapat ditoleransi.

Ia juga meminta semua pihak untuk membangun pemahaman yang positif (husnut tafahum), mengembangkan semangat toleransi (tasammuh), dan merajut tali persaudaraan (ukhuwah).

Baca juga : Penyangga Keamanan, Polres Tipe B Perlu Dapat Perhatian

"Baik persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) , persaudaraan kebangsaan (wathaniyyah) maupun persaudaraan kemanusiaan (basyariyyah)," imbuhnya.

Zainut engimbau para pemimpin umat beragama, baik intern maupun antarumat beragama, untuk melakukan dialog. Membahas dan mendiskusikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan.

"Sehingga masing-masing pihak dapat memahami permasalahannya secara benar," ujarnya.

Dia menekankan, spirit kerukunan umat beragama harus diwujudkan melalui sikap dan perilaku keberagamaan yang santun, rukun, toleran, saling menghormati, dan menerima perbedaan keyakinan masing-masing.

Baca juga : Jenazah Afridza Munandar Kelar Diotopsi, Rencana Dipulangkan Hari Ini

Sekadar info, polemik salam semua agama ini bermula ketika MUI Jawa Timur (Jatim) mengimbau para pejabat tak memakai salam pembuka semua agama, saat sambutan dalam acara resmi.

Imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang ditandatangani oleh Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori, dan Sekretaris Umum Ainul Yaqin.

Dalam surat itu, MUI Jatim mengeluarkan 8 poin tausiah atau rekomendasi yang merujuk pada Hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI 2019 di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Oktober lalu.

Dalam rekomendasi tersebut, terdapat poin yang menyerukan para pejabat menggunakan salam sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Jika pejabat itu Islam, diimbau cukup menggunakan kalimat 'Assalamualaikum Wr Wb'.

Baca juga : Warganet ke Prabowo: Dulu Kritik Pertahanan, Sekarang Jadi Menhan

"Ini (hasil) pertemuan MUI di NTB ada rakernas rekomendasinya, itu tidak boleh salam sederet itu semua agama yang dibacakan oleh pejabat," ucap KH Abdusshomad, Senin (11/11).

Ia menjelaskan, dalam Islam, salam merupakan doa, sehingga hal itu tidak terpisahkan dari ibadah. Selain itu, salam pembuka dalam agama Islam dianggapnya bukanlah bagian dari sekadar basa-basi.

"Sehingga, kalau saya menyebut Assalamualaikum itu doa. semoga Allah SWT memberi keselamatan kepada kamu sekalian, dan itu salam umat Islam," urainya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.