Dark/Light Mode

Jokowi Optimistis Biodiesel Turunkan Emisi Gas Karbon

Senin, 23 Desember 2019 15:23 WIB
Jokowi menyaksikan pengisian BBM B30 ke salah aayu kendaraan di SPBU 31.128.02 MT Haryono Jakarta Senin (23/12).
Jokowi menyaksikan pengisian BBM B30 ke salah aayu kendaraan di SPBU 31.128.02 MT Haryono Jakarta Senin (23/12).

RM.id  Rakyat Merdeka - Jokowi terus melakukan pemantauan implementasi program Biodiesel 30 (B30) dari hari ke hari dan bulan ke bulan.

“Bagi saya tidak cukup hanya sampai ke B30. Tadi saya sudah perintah lagi pada Menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk tahun depan ke B40 dan awal 2021 juga masuk ke B50,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada Peresmian Implementasi Program Biodiesel 30 (B30) di SPBU MT. Haryono, Jakarta, Senin (23/12).

Menurut Presiden, ada tiga alasan mengapa pemerintah harus mempercepat implementasi program biodiesel. Pertama, pemerintah berusaha untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan, energi terbarukan, dan juga harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang tak sadar suatu saat pasti akan habis.

“Pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih, dengan menurunkan emisi gas karbon dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ini adalah energi bersih," ujarnya.

Baca juga : Optimalisasi Gas Bumi Bisa Turunkan Defisit Neraca Migas dan Subsidi

Kedua, ketergantungannya pada impor BBM, termasuk didalamnya solar ini cukup tinggi. Sementara di sisi lainnya juga merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia.

Dengan potensi sawit sebesar itu, lanjut Presiden, Indonesia punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar.

Potensi itu, sambung Presiden harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional.

“Usaha-usaha untuk mengurangi impor, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius. Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini akan hemat devisa kurang lebih Rp63 triliun, jumlah yang sangat besar sekali,” kata Presiden.

Baca juga : Ini Tips Dari Bos Teguk untuk Bangun SDM yang Kuat

Ketiga, yang tidak kalah pentingnya penerapan, menurut Presiden Jokowi, B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar, selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita.

“Ini artinya program B30 akan berdampak pada para pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit,” tegas Presiden.

Karena itu, Presiden menyampaikan, setelah program B30 nantinya masuk ke B40, ke B50, dan nanti ke B100.

“Akan tidak mudah kita untuk ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama melalui kampanye negatif yang dilakukan beberapa negara terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar,” ujar Presiden.

Baca juga : RI Optimistis Jadi Kekuatan Energi Terbesar Terbarukan

Kepala Negara mengingatkan 2 (dua) kunci keberhasilan implementasi program B30 maupun nantinya menuju ke B100. Apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak.

“Jangan-jangan masih ada di antara kita yang masih suka impor, impor BBM, karena itu permintaan terhadap B30 dan menuju ke B100 yang harus terus dikembangkan dan diperbesar,” tuturnya.

Tampak hadir Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri BUMN Erick Thohor, Dirut Pertamina, Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama.  (NOV)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.