Dark/Light Mode

Industri Manufaktur Penyumbang Ekspor Terbesar

Senin, 6 Januari 2020 22:16 WIB
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri manufaktur menjadi sektor yang menyumbang paling besar pada ekspor nasional. Sepanjang periode Januari-Oktober 2019, ekspor produk manufaktur mencatatkan senilai 105,11 miliar dolar AS.
    
Hal tersebut dikatakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada paparan kinerja industri 2019 di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (6/1).

Adapun tiga sektor yang menjadi kontributor terbesar terhadap nilai ekspor tersebut, yakni industri makanan dan minuman yang menembus 21,73 miliar dolar AS, diikuti industri logam dasar sekitar 14,64 miliar dolar AS, serta industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 10,84 miliar dolar AS.

Baca juga : Industri MRO Bisa Tekan Impor Komponen Pesawat

“Oleh karena itu, sektor industri terus didorong untuk mampu meningkatkan nilai ekspor nasional, baik itu melalui peningkatan daya saing produk industri maupun perluasan pasar ekspor ke negara-negara tujuan ekspor baru,” ujar Agus.

Kemenperin memproyeksikan, pada 2019, ekspor produk industri menyentuh di angka 123,7–129,8 miliar dolar AS. Sedangkan, pada 2020, ekspor produk industri bakal menembus 136,3–142,8 miliar dolar AS.

Baca juga : Industri Alami Turbulensi, Penumpang di Bandara AP ll Anjlok

Di sisi lain, industri pengolahan juga merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak. "Sampai dengan Triwulan III 2019, kontribusinya 29,23 persen dari penerimaan pajak neto nasional, atau sebesar Rp 245,60 triliun,” katanya.

Agus menambahkan, dalam melaksanakan program pembangunan industri, ada tujuh tantangan yang dihadapi saat ini. Pertama, kekurangan bahan baku seperti kondensat, gas, naphta, biji besi. Kedua, kurangnya infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Ketiga, kurangnya utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah. 

Baca juga : Ikut Perintah Erick Thohir, Garuda Setop Pengembangan Anak Usaha

Keempat, kurangnya tenaga terampil dan supervisor, superintendent. Kelima, tekananan produk impor. Keenam, limbah industri seperti penetapan slag sebagai limbah B3, spesifikasi yang terlalu ketat untuk kertas bekas dan baja bekas (scrap) menyulitkan industri. Ketujuh, Industri Kecil dan Menengah (IKM) masih mengalami kendala seperti akses pembiayaan, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, mesin peralatan yang tertinggal, hingga pemasaran.

“Terhadap berbagai tantangan yang dihadapi tersebut, saat ini kami terus melakukan berbagai upaya untuk menyelesaikannya, termasuk selalu berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait,” tukas Politisi Golkar itu. [DIT]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.