Dark/Light Mode

Sri Mulyani Hidupkan Protokol Krisis, Mikir Ekonomi Tumbuh 0 Persen

Waduh, Bahaya Nggak Nih

Sabtu, 21 Maret 2020 07:10 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: ist)
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Virus corona benar-benar menghantam ekonomi Indonesia. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, jika ini berlarut-larut ekonomi kita bisa tumbuh nol persen. Tak ingin ekonomi tumbang, Sri Mulyani langsung menghidupkan protokol krisis. Waduh, bahaya nggak nih Bu ...?

Pukulan terhadap ekonomi langsung terasa sejak pemerintah mengumumkan kasus corona pertama, awal Maret lalu. Sejak saat itu perlahan tapi pasti berbagai indikator ekonomi kita memburuk. Hampir setiap hari nilai tukar rupiah melemah. Dari Rp 14.500, hingga kemarin menyentuh Rp 16.200 per dolar AS. 

Penerimaan negara juga ikutan seret. Defisit makin membengkak. Pasar saham ikut bergejolak. Dalam perdagangan kemarin, IHSG sempat nyemplung ke level 3.000 sebelum akhirnya naik lagi ke level 4.000. 

Menghadapi kondisi ini, Presiden Jokowi menggelar ratas soal fiskal  dan moneter mehadapi dampak wabah virus corona, kemarin. Jokowi mengeluarkan tujuh instruksi. Di antaranya memangkas anggaran yang tidak prioritas dan memindahkan ke bidang kesehatan, bansos dan insentif untuk UMKM.

Baca juga : Jokowi: Meski Ekonomi Cuma Tumbuh 5 Persen, Ya Disyukuri Aja

Ia juga minta Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memantau setiap saat terhadap sistem keuangan dan mitigasi risiko sekomprehensif mungkin, sedetail mungkin. Menjaga stabilitas rupiah, inflasi dan likuiditas di dalam negeri. 

Usai rapat, Sri Mul memaparkan hasilnya. Dia bilang, pemerintah telah menyiapkan berbagai skenario menghadapi imbas wabah corona yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi menukik hingga nol persen. Skenario terburuk tersebut bisa terjadi jika corona berlangsung dalam waktu yang lama, lebih dari enam bulan.

Pertumbuhan nol persen juga bisa terjadi, jika Indonesia melakukan isolasi penuh (lockdown), harga minyak terus anjlok, perdagangan internasional menurun, hingga sektor penerbangan yang mengalami tekanan hingga 75 persen. "Pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 2,5 persen, bahkan nol persen," kata Sri Mul dalam video conference. 

Namun, bila pemerintah bisa menangani wabah corona dalam waktu singkat, ekonomi masih bisa tumbuh di atas 4 persen. Meski demikian, Sri Mul belum bisa menyampaikan asumsi pasti pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini. Terlebih, hingga saat ini, situasi global dan domestik terus bergerak secara dinamis. 

Baca juga : Pertamina Mantapkan Transformasi, Menuju Perusahaan Energi Kelas Dunia

Sri Mul berharap, vaksin corona bisa segera ditemukan, hingga bisa memotong siklus persebaran virus. Baik di dalam negeri maupun di global. "Yang bisa kami lakukan adalah melakukan berbagai persiapan berdasarkan skenario. Artinya, apa yang harus dilakukan jika perekonomian bisa dijaga tumbuh di atas 4 persen, atau gurun di bawah 4 persen. Atau bahkan mendekati yang lebih rendah. Namun kita tidak mengharap itu terjadi," tambahnya.

Untuk diketahui, APBN 2020 menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,3 persen. Namun,  Bank Indonesia telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi hanya 4,2-4,6 persen, dari sebelumnya 5,0-5,4 persen.

Dalam menjaga sistem keuangan di tengah wabah, Sri Mul mengungkapkan, Komite Stabilitas Sistem Keungan (KSSK) akan mengaktifkan protokol krisis yang mengacu pada protokol krisis 2008-2009. Sri Mul yang juga Ketua KSSK ini menuturkan protokol krisis 2008-2009 ini akan disesuaikan dengan situasi saat ini. "Kami harus memodifikasi protokol tersebut sesuai situasi terkini," ujarnya.

Protokol krisis umumnya mengatur mekanisme pengawasan sejumlah indikator deteksi dini, termasuk penetapan status tekanan terhadap sistem keuangan. Status tersebut antara lain  normal, waspada, siaga dan krisis. Di dalam protokol, respon kebijakan pada untuk tiap status ditetapkan. Semua keputusan juga dijalankan dengan memastikan sisi tata kelola. Perlu dipahami, protokol ini merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi, mencegah dan mengatasi krisis. 

Baca juga : Bos BI Ramal Ekonomi Cuma Tumbuh 5,05 Persen

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan, perekonomian nasional tidak bakal terpuruk seperti krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Pelemahan rupiah saar ini, kata dia, terjadi karena  kepanikan investor terhadap penyebaran virus corona. Akibatnya, para pemilik modal melepas aset-aset yang dimiliki, baik saham, obligasi atau emas dijual untuk dapat ditukar dalam bentuk uang cash dalam bentuk dolar.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, berharap pemerintah bergerak cepat mengatasi corona. Dia khawatir, jika wabah terus berlanjut  Indonesia akan mengalami krisis ekonomi.  Piter memaparkan, krisis bisa  dicegah dengan persiapan kebijakan yang tepat. "Sayangnya sejauh ini kebijakan itu belum tampak. Pertumbuhan nol persen sangat berbahaya," kata Piter.

Menurutnya, saat ini perkembangan virus corona sangat mengkhawatirkan. Sementara pemerintah nampak ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas mengatasi corona. Pemerintah seakan diharapkan dilema antara upaya yang benar-benar fokus mengatasi corona dengan upaya menyelamatkan perekonomian. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.