Dark/Light Mode

Ekspor Makin Letoy, Menkeu Pede Ekonomi Tumbuh Positif

Kamis, 29 Agustus 2019 09:21 WIB
Menkeu Sri Mulyani
Menkeu Sri Mulyani

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekspor Indonesia semakin drop. Pelemahan ekspor semakin berdampak negatif kepada pertumbuhan ekonomi nasiona

Untuk mengatasinya, pemerintah akan memperkuat permintaan domestik, investasi, hingga pengeluaran konsumsi. Hal ini diperlukan di tengah menurunnya ekspor saat ini. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pemerintah terus membangun fundamental ekonomi yang kuat dari sisi domestik. 

“Perang tarif pasti mempengaruhi ekonomi kita, dari pergerakan ekonomi global dan perdagangan yang akan berpengaruh ke ekspor kita. Karena itu, kami berupaya membangun fundamental ekonomi yang kuat,” ujarnya. 

Baca juga : Semester I, Ekonomi Tumbuh 5,6 Persen

Ani mengatakan, dari segi perdagangan semua negara kini mengikuti ketegangan hubungan perdagangan antara AS dan China. Kondisi itu semakin lama membuat pesimisme bagi pertumbuhan ekonomi global yang bisa tahan dari kekhawatiran resesi.

“Pembuat kebijakan yang pernah menghadapi krisis ekonomi benar-benar bekerja untuk memastikan kondisi ekonomi membaik setelah krisis. Tapi kenyataannya, kondisi ekonomi global saat ini justru makin melemah,” jelas Ani. 

Karena itu, para pembuat kebijakan, termasuk negara -negara G20, terus membuat perubahan demi memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menyelesaikan isu perdagangan yang kian memanas. “Hal ini yang kita perlu lakukan untuk menghadapi apa yang kita lihat saat ini,” tegas Ani. 

Ia mengatakan, sebagai antisipasi, kebijakan fiskal tahun 2020 mendatang juga bakal diarahkan pada peningkatan investasi dan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. 

Baca juga : Ekspor Honda CRF150L Meningkat 30 Persen

“Kinerja investasi akan mengambil peran penting dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi ke depan. Untuk itu, Pemerintah telah berupaya menyelesaikan berbagai hambatan dan melakukan berbagai terobosan kebijakan yang tepat,” ujar Ani. 

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves bilang, ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang antara Amerika dan China membuat ekonomi dunia termasuk Indonesia bakal melambat. 

“Jika pertumbuhan ekonomi global melemah, Indonesia juga akan melemah karena Indonesia merupakan eksportir komoditas. Itu akan menjadi tantangan,” tutur Chaves. 

Menurutnya, Indonesia menghadapi tantangan lantaran ekspor utamanya adalah komoditas. “Di sisi lain, harga beberapa komoditas ikut turun akibat perang dagang, misalnya minyak kelapa sawit (CPO),” tegasnya. 

Baca juga : Cosmas Batubara, Mantan Menaker Era Soeharto Tutup Usia

Seperti diketahui, perang dagang (trade war) antara Amerika dan China makin panas setelah Presiden Donald Trump akan menaikkan bea yang ada atas 250 miliar dolar AS produk China menjadi 30 persen dari sebelumnya 25 persen pada 1 Oktober. 

Selain itu, AS juga menaikkan bea dan tarif untuk 300 miliar dolar AS barang China lainnya, kini akan menjadi 15 persen dari sebelumnya 10 persen. Kebijakan ini mulai berlaku pada 1 September mendatang. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.