Dark/Light Mode

Jamu Kuat Rupiah Habis 300 Triliun

Sabtu, 21 Maret 2020 09:14 WIB
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: ist)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Makin hari, rupiah makin tak berkutik lawan dolar AS. Kemarin, nilai tukar rupiah makin nyungsep di angka Rp 16.200 per dolar AS. Padahal Bank Indonesia sudah menggelontorkan dana Rp 300 triliun untuk "jamu kuat" rupiah.

Pelemahan rupiah terus berlanjut pada penutupan perdagangan pekan ini. Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak ke atas Rp 16.000 per dolar AS. Mengacu pada kurs acuan Bank Indonesia (BI), rupiah berada di posisi Rp 16.273. Angka tersebut melemah 3,57 persen dibandingkan posisi sehari sebelumnya. Ini rekor terburuk rupiah sejak pertengahan Juni 1998. 

Rupiah menjadi salah satu mata uang yang terus terpuruk selama sepekan ini. Padahal mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Sebut saja won Korea, yen Jepang, kira Turki dan dolar Taiwan. Mata uang di negara Asia Tenggara juga terpantau menguat seperti ringgit Malaysia, peso Filipina dan dolar Singapura. 

Pelemahan rupiah yang sudah berjalan hampir sebulan ini jadi perhatian Presiden Jokowi. Dalam ratas tentang fiskal dan moneter yang digelar melalui video conference kemarin, Jokowi meminta BI untuk fokus menjaga stabilitas rupiah. 

Baca juga : Pembiayaan BTPN Syariah Capai Rp 9 Triliun

Jokowi mengaku, sudah meminta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, dan Ketua Lembaga Penjaminan Simpanan untuk bersinergi menghadapi dampak ekonomi dari wabah virus corona.

"Pastikan ketersediaan likuiditas dalam negeri, kemudian memantau setiap saat terhadap sistem keuangan dan memitigasi risiko sekomprehensif mungkin, sedetail mungkin," ujar Jokowi. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo memastikan, Bank Sentral terus bersiaga memantau pergerakan pasar. Sampai saat ini, BI sudah menggelontorkan dana hampir mencapai Rp 300 triliun untuk menguatkan nilai tukar rupiah. Injeksi ke mata uang Garuda dilakukan di pasar spot denganpembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas investor asing, hingga Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Suntikan tersebut diberikan dalam bentuk pembelian SBN mencapai Rp 163 triliun, dan perubahan batas pencadangan kas bank di BI dengan denominasi rupiah atau dikenal dengan istilah Giro Wajib Minimum (GWM) mencapai Rp 51 triliun sejak awal tahun. Selain itu, dana juga digunakan untuk melonggarkan lagi GWM rupiah dengan tambahan likuiditas mencapai Rp 23 triliun dan GWM valas dengan nilai 3,2 miliar dolar AS. “Seluruh hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi cadangan devisa dengan jumlah akhir 130,4 miliar dolar AS pada bulan lalu,” ujarnya.

Baca juga : Bank Mega Kantongi Laba Rp 2,5 Triliun

Perry mengatakan, langkah ini dilakukan karena aliran modal asing  yang keluar dari Indonesia terus meningkat dari hari ke hari. Bila dibiarkan, derasnya aliran modal keluar bisa semakin menekan kurs rupiah. Data BI mencatat aliran modal keluar mencapai Rp 105,1 triliun secara neto, Kamis (19/3). Jumlah itu terdiri dari SBN sebesar Rp 92,8 triliun dan saham Rp 8,3 triliun.

Menteri BUMN, Erick Thohir, ikut membantu dalam usaha penguatan rupiah. Erick menginstruksikan, perusahaan pelat merah untuk menerbitkan surat utang (obligasi) berdenominasi mata uang asing.  "Kita juga akan mengeluarkan obligasi supaya membantu (memperkuat) devisa," kata Erick dalam jumpa pers melalui siaran virtual, kemarin. 

Hanya saja, Erick belum mau merinci nilai penerbitan obligasi tersebut lantaran masih dalam tahap pembahasan. Ia memastikan, perusahaan-perusahaan yang diminta menerbitkan obligasi memiliki rekam jejak dan rating yang bagus. Seperti Bank Mandiri, BRI dan Pertamina. 

Direktur Eksekutif CORE, Piter Abdullah, tak heran dengan pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Kata dia, pelemahan rupiah akan terus terjadi selama masih ada kepanikan pasar lantaran pandemi corona. 

Baca juga : Astra Raup Laba Bersih Rp 21,7 Triliun

Di tengah situasi ini, lanjut dia, BI akan kesulitan untuk menahan pelemahan rupiah. "Saya tidak bisa memperkirakan berapa batasnya, batasnya ditentukan oleh kapan wabah corona dapat diatasi," Kata Piter, kemarin.

Analis Central Kapital Futures, Wahyu Tri Laksono menilai, pelemahan rupiah masih dalam batas wajar. Soalnya pasar keuangan global juga sedang tertekan. Jangankan rupiah, komoditas dan emas juga melemah. "Semua memang sedang stres," kata Wahyu, kemarin. 

Dia pun memprediksi, pelemahan rupiah akan terus berlanjut. Jika pasar masih panik, bukan tidak mungkin pelemahan rupiah berlanjut sampai Rp 17.000 atau bahkan Rp 18.000 per dolar AS. Menurut dia, rupiah masih memiliki potensi untuk menguat karena AS pun akan mencari keseimbangan. Pelemahan dolar dinilai menjadi solusi meredam defisit perdagangan.

"Itu kenapa Donald Trump ngotot mendikte The Fed untuk melemahkan mata uang dan menurunkan suku bunga acuannya," pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.