Dark/Light Mode

Antisipasi Kemarau, Kementan-BPTHPH Jabar Pantau Komoditas Strategis Hortikultura

Rabu, 27 Mei 2020 23:11 WIB
Kementan sebar pompa air untuk antisipasi musim kemarau
Kementan sebar pompa air untuk antisipasi musim kemarau

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa daerah di Indonesia akan memasuki kemarau. Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia sebanyak 30 persen diperkirakan mengalami kemarau lebih kering dari situasi normal.

Daerahnya meliputi sebagian Aceh, sebagian pesisir timur Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung Bagian Timur, Banten bagian Selatan, sebagian Jawa Barat serta Jawa Tengah Bagian Tengah dan Utara. Prediksi awal kemarau terjadi Mei dan puncaknya Agustus 2020.

Kepala BPTHPH Jawa Barat Ajat Sudrajat memaparkan, keadaan kemarau ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap berkurangnya ketersedian air untuk kebutuhan tanaman.

“Imbasnya terjadi kekeringan serta biasanya berpengaruh terhadap peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), terutama peningkatan serangan hama,” kata Ajat melalui keterangan tertulisnya, Rabu (27/5). 

Dari hasil monitoringnya di kawasan Jabar, khususnya terkait komoditas hortikultura, pihaknya terus memantau secara intensif untuk meminimalisir dampak anomali cuaca dan OPT.

“Berdasarkan data monitoring BPTPH Provinsi Jawa Barat sampai April 2020 luasan tanaman cabe seluas 5.149 hektare dan bawang merah mencapai 1.575,5 hektare. Tentunya kami harus amankan pertanaman di lapangan dan memastikan bisa berproduksi secara optimal,” jelas dia. 

Baca juga : Antisipasi Ketersediaan Bawang Merah, Kementan Perkuat Early Warning System

Ajat menambahkan, untuk menghadapi dampak perubahan iklim tersebut, pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipasi dengan melakukan pemantauan lapangan terkait intensitas serangan OPT dan DPI. Peralihan musim kemarau (pancaroba) pada komoditas cabe dan bawang, biasanya berpeluang meningkatnya serangan OPT terutama hama seperti trips, kutu kebul, kutu daun dan ulat. 

“Panasnya suhu pada musim kemarau menyebabkan perkembangan hama akan cenderung menjadi lebih cepat sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman saat panen,” beber Ajat. 

Lebih lanjut dia mengatakan, sejak April telah dibuat surat penugasan kepada POPT untuk mengintensifkan pengamatan OPT komoditas hortikultura strategis (seperti aneka cabe, bawang merah, bawang putih, jeruk dan buah lainnya), pengamatan data kekeringan serta pemetaan daerah endemis kekeringan sebagai bahan peringatan dini/ Early Warning System (EWS). 

“Selain itu, dalam rangka antisipasi dampak perubahan Iklim, pihaknya mengimbau para petugas POPT untuk mensosialisasikan sifat dan prakiraan awal musim hujan kepada PPL dan petani,” tutup dia. 

Data EWS Lindungi Petani

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menjelaskan, Data EWS perlindungan hortikultura telah dilakukan pada wilayah sentra utama pengembangan hortikultura. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian  Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk selalu menekankan pentingnya data base yang kuat dan akurat sebagai acuan awal dan akhir. 

Baca juga : Antisipasi Puncak Kemarau, Kementan Gerak Cepat Petakan Komponen Bantuan

Terkait satu data pertanian ini, Kementerian Pertanian (Kementan) berkordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS), BMKG, Pemerintah Daerah (Pemda) dan instansi terkait lainnya.

“Untuk komoditas bawang merah dan aneka cabe wilayah EWS dipantau sebanyak 55 Kabupaten/Kota sebagai daerah sentra utama penyangga produksi nasional, baik di Pulau Jawa maupun di Luar Pulau Jawa,” kata Prihasto. 

Prihasto menambahkan, dengan adanya peringatan dini OPT, kekeringan dan pemetaan daerah endemis diharapkan dijadikan acuan bagi petani untuk lebih mewaspadai akan munculnya OPT dan DPI. Sehingga dapat mengantisipasi terjadinya kerugian akibat serangan OPT dan dampak perubahan iklim. 

“Di samping itu juga dapat dijadikan sebagai panduan bagi POPT untuk mendampingi dan pengawalan dalam penanganan DPI dan OPT,” kata dia.

Sementara, untuk antisipasi dampak perubahan iklim, Direktorat Perlindungan Hortikultura telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian di seluruh Indonesia.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menyatakan, dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim ini harus dilakukan dengan langkah konkret yaitu memastikan kebutuhan dan bantuan yang dibutuhkan di lapangan.

Baca juga : Aplikasi Kedai Tani Permudah Masyarakat Dapat Produk Hortikultura

“Misalnya seperti varietas yang sesuai dengan musim kemarau, bantuan pompa air, serta penggunaan bahan pengendali OPT ramah lingkungan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Kepala UPTD BPTP Provinsi Sumatera Barat, Suardi mengatakan, peran petugas POPT di wilayah binaannya akan dimaksimalkan untuk mendampingi, membimbing serta memantau petani di lapangan agar tidak terjadi gagal panen akibat serangan OPT maupun DPI. 

“Penerapan teknologi juga perlu dilakukan seperti pembuatan Bak Penampung Air, pembuatan sumur suntik dan penggunaan pompa air. Selain itu, salah satu langkah efektif penanganan dampak kekeringan adalah pemakaian pupuk kompos dan penggunaan mulsa dari bahan alami seperti jerami. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan dampak kekeringan di Sumatera Barat,” pungkasnya.[KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.