Dark/Light Mode

Sebelum Divaksinasi

Pasien Komorbid Nggak Perlu General Check Up

Minggu, 23 Mei 2021 07:32 WIB
Anggota Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Erlina Burhan (Foto: Antara)
Anggota Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Erlina Burhan (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat dengan komorbid atau penyakit bawaan diingatkan untuk berkonsultasi kepada dokter, sebelum menjalani vaksinasi Covid-19. Meski begitu, mereka tidak perlu melakukan general check up.

Hal itu dikatakan Anggota Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Erlina Burhan General check up kan keseluruhan, menurut saya berlebihan. Misalnya seseorang punya sakit jantung, lalu ragu divaksinasi. maka lebih baik konsultasi kepada dokternya demi mendapatkan informasi apakah kondisi jantungnya bermasalah atau nggak,” kata Erlina, saat webinar Diskusi Media Virtual, di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, general check up sebelum vaksin membutuhkan dana besar yang bisa membebani keuangan peserta bahkan negara, bila hal itu dilakukan sebagai prosedur awal vaksinasi.

Baca juga : Mau Bikin Pameran Bokong Perempuan

Dokter Spesialis Paru Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memiliki rambu bagi peserta vaksinasi dengan penyakit bawaan menurut faktor usia. “Kalau ada komorbid, apakah komorbid ini terkontrol atau tidak, stabil atau tidak, biasanya pasiennya tahu,” imbuhnya.

Dalam diskusi itu, dokter yang bekerja di RSUP Persahabatan ini juga menjelaskan soal mutasi pada virus yang kemudian memunculkan varian baru seperti pada kasus Covid-19. Prinsipnya, setiap virus masuk ke dalam tubuh manusia, dia akan mereplikasi diri. Pada proses tersebut bisa terjadi kesalahan, sehingga menjadi berbeda dari virus awalnya. Bisa jadi lebih lemah, atau malah lebih kuat.

Apabila variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia yakni meningkatkan transmisi atau penularan, virulensi atau menimbulkan keparahan lebih daripada non-varian dan menurunkan efektivitas tatalaksana serta vaksin, maka dia tergolong variants of concern atau perhatian khusus.

Baca juga : Komjen Firli Nunggu Apa Ya

“Jadi, semakin banyak infeksi pada suatu populasi, semakin banyak penularan, maka copypaste virus selalu ada. Artinya potensi mutasi akan terus meningkat,” jelasnya.

Saat ini, di Indonesia setidaknya ada tiga varian yang masuk kategori variants of concern. Yakni B117, B1351, dan P1. Varian B117 asal Inggris dilaporkan meningkatkan transmisi atau penyebaran, sementara B1351 asal Afrika Selatan selain bisa menimbulkan dampak penularan, juga berdampak menurunkan efektivitas vaksin. Demikian juga dengan varian P1 dari Brazil.

Di Indonesia sendiri sudah ditemukan 16 kasus varian baru. Rinciannya, 2 kasus B1617 asal India di Jakarta, 1 kasus B1351 asal Afrika di Bali, 13 kasus B117 asal Inggris di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali.

Baca juga : Kementan Pastikan Stok Jagung Untuk Pakan Tersedia Cukup

Di India, B1617 ditemukan pada Desember 2020 seiring penularan yang sangat tinggi di negara itu. Varian ini disebut lebih menular dari virus aslinya. Ada juga kemungkinan B1617 bisa mengurangi efektivitas vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini. Hal itu masih dalam penelitian. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.