Dark/Light Mode

Peran E-Commerce Bakal Vital, Kemendag Perkuat Daya Saing Produk

Rabu, 18 Agustus 2021 16:28 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat berbicara mengenai ekonomi digital dalam World Economic Forum Meeting of Regional Action Group for Asia Pacific yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (29/6). (Foto: Ist)
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat berbicara mengenai ekonomi digital dalam World Economic Forum Meeting of Regional Action Group for Asia Pacific yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (29/6). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perkembangan zaman, membuat manusia tak lepas dari teknologi. Di sektor perdagangan sendiri, peran e-commerce diproyeksi bakal semakin vital di masa depan. Untuk itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan terus memperkuat daya saing produk Tanah Air. Soal ekonomi digital, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi punya datanya.

Memang, saat ini kontribusi ekonomi digital masih relatif kecil terhadap ekonomi nasional. Namun kabar baiknya, ekonomi digital justru tumbuh sangat pesat. Pada 2020, kontribusi ekonomi digital hanya Rp 632 triliun atau 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Proyeksinya, pada 2030 kontribusinya menjadi Rp 4.531 triliun atau 18 persen terhadap PDB. Sedangkan e-commerce, baik business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C) menyumbang nilai tertinggi dalam ekosistem Ekonomi Digital Indonesia (EDI). Pada 2030 e-commerce diproyeksikan dapat menyumbang nilai tertinggi dalam ekosistem EDI, yakni Rp 1.908 triliun atau 34 persen.

Potensi itu menobatkan Indonesia sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi digital di ASEAN. Meski jika dilihat nilai per kapitanya masih lebih rendah dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. "Mantapnya, Indonesia punya banyak calon unicorn yang perlu diberikan injeksi dan ruang yang luas untuk mengembangkan inovasi dan memperluas jangkauan," tutur Lutfi.

Ia berani blak-blakan soal potensi dari sektor yang satu ini. Kata Mendag, sebuah negara dapat dikatakan berkembang ekonomi digitalnya jika memiliki tiga indikator. Perkembangan bisnis atau transaksi perdagangan dengan memanfaatkan internet, kolaborasi, dan sinergi antarperusahaan maupun antarindividu.

Baca juga : Rayakan Kemerdekaan, Sekjen Kemenkumham Minta Jajarannya Patuhi Prokes 3M

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan e-commerce sangat signifikan. Nilai transaksinya pada triwulan I dan II 2021 meningkat 63,36 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 186,75 triliun. Capaian ini diprediksi masih akan terus meningkat 48,4 persen atau tembus Rp 395 triliun hingga akhir tahun.

Masih tak percaya? Lutfi pun memberikan bukti. Nilai Gross Merchandise Value (GMV) e-commerce 2019 hanya Rp 302 triliun. Namun pada 2030 diprediksi bakal menyentuh Rp 1.908 triliun, atau menjadi yang tertinggi ketimbang sektor online lainnya, seperti travel, media, dan transportasi.

Sayangnya, pemanfaatan ekonomi digital Indonesia masih terfokus pada upaya mempercepat dan mempermudah transaksi, serta meningkatkan akses transparansi. Padahal ekosistem digital yang dibangun juga harus bermanfaat bagi transaksi, produksi, logistik, dan teknologi itu sendiri.

"Second wave ekonomi digital dengan munculnya 5G, IoT, Blockchain, Artificial Intelligence, dan Cloud Computing harus terus didorong untuk dapat lebih dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat," pesan eks kepala BKPM era Presiden SBY ini.

Kata Lutfi, manfaat ekonomi digital dapat dirasakan secara optimal oleh masyarakat jika sejumlah faktor sudah tersedia. Seperti, SDM berkeahlian tinggi, infrastruktur digital yang merata, iklim usaha yang mendukung pertumbuhan startup baru, dan regulasi yang mampu mengantisipasi dinamisnya ekonomi digital.

Baca juga : Perusahaan Pekerjakan Penyandang Disabilitas, Kemnaker Angkat Topi

Soal ini, Kemendag berperan menyediakan regulasi yang jelas dan tegas, namun bersifat business friendly dan tidak menjadi beban biaya tinggi bagi pelaku usaha. Apalagi Indonesia memiliki potensi industri halal dan fesyen Muslim.

Berdasarkan The State of The Global Islamic Economy Report 2020, pada 2019, konsumsi fesyen Muslim di Indonesia mencapai 16 miliar dolar AS, atau terbesar kelima di dunia setelah Iran, Turki, Saudi Arabia, dan Pakistan.

"Kami sedang mengembangkan dan mempromosikan industri halal dan fesyen muslim melalui penguatan daya saing produk. Dari supply side, produk UMKM perlu terus ditingkatkan kualitasnya: lebih baik, keren, nyaman digunakan, dan harganya terjangkau. Dari demand side, pemerintah akan memastikan produk hasil produksi dalam negeri terserap baik oleh pasar dalam maupun luar negeri," ungkap Lutfi.

Ternyata, syarat ekonomi digital dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat seperti yang dikatakan Lutfi, sejalan dengan kolaborasi lintas kementerian/lembaga yang dikoordinasikan Menko Perekonomian.

Ada sejumlah upaya strategis yang dilakukan. Pertama, perbaikan kualitas layanan digital untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, peningkatan kualitas SDM dalam hal literasi digital. Ketiga, pengintegrasian riset, desain, dan pengembangan dengan modernisasi industri maupun sektor produktif lainnya. Keempat, pengembangan teknologi finansial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Kelima, penguatan ekosistem inovasi dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis, institusi pendidikan, dan komunitas.

Baca juga : 71 Daerah Turun Level, Kemendagri Ingatkan Pemda Tetap Patuhi Prokes

Keenam, penguatan kolaborasi perusahaan rintisan dan UMKM, mencakup pengembangan ekosistem, akselerasi, inkubasi, sampai model bisnis dan aspek berkelanjutan. Kedelapan, penguatan sistem keamanan siber dan pemberdayaan konsumen.

Lutfi sangat yakin, ekonomi digital memiliki potensi dan berpeluang besar mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang inklusif. Agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat, perlu ditopang infrastruktur dan regulasi yang mendukung, serta persaingan usaha yang sehat serta pasar yang kompetitif.

"Di Indonesia, hal ini sudah cukup berjalan sukses, dengan munculnya beberapa unicorn karya anak bangsa. Seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka," tegas mantan dubes RI untuk Jepang ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.