Dark/Light Mode

Bappenas Perkuat Peran Inklusi Sosial Perpustakaan

Selasa, 31 Agustus 2021 16:10 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (tengah) dalam Talkshow bertema Peran Transformasi Perpustakaan Dalam Pemulihan Ekonomi, Selasa (31/8). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (tengah) dalam Talkshow bertema Peran Transformasi Perpustakaan Dalam Pemulihan Ekonomi, Selasa (31/8). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menerangkan, untuk menghadapi tantangan zaman, saat ini paradigma perpustakaan telah berubah. Peran fungsi perpustakaan mengurusi koleksi hanya tertinggal 10 persen. Sisanya lebih mengedepankan peran melakukan transfer knowledge ke masyarakat. 
 
Demikian disampaikan Syarif Bando dalam Talkshow Radio Sonora FM bertemakan “Peran Transformasi Perpustakaan Dalam Pemulihan Ekonomi”, melalui Channel Radio Sonora Network dan YouTube Radio Sonora FM 92 Jakarta, Selasa (31/8). Selain Syarif Bando, narasumber lain talk show ini Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) Amich Alhumami.
 
Di awal paparannya, Syarif Bando menjelaskan, ketika meresmikan Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas pada 2017, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa perpustakaan tidak boleh lagi dogmatis. Tidak boleh menjadi menara gading. Perpustakaan harus menjangkau masyarakat. Yang tidak kalah penting, segala konten koleksi perpustakaan harus didigitalkan.
 
Dulu, koleksi perpustakaan merupakan barang eksklusif, yang dipamerkan atau menjadi pajangan para raja dan kaum eksklusif. Koleksi bukunya bisa dilihat di mana-mana. Soal buku itu sudah dibaca dan sejauh mana hasilnya, itu perkara berbeda. Sekarang, tidak lagi. “Perpustakaan sudah lama mati kalau dia masih bersikap ekslusif. Dia harus inklusif,” tegas Syarif Bando.
 
Paradigma yang kini dibawa Perpusnas adalah bagaimana masyarakat memahami literasi. Syarif Bando mengatakan, literasi memiliki empat tingkatan. Pertama, kemampuan baca, tulis, hitung dan pembangunan karakter, aksesibilitas terhadap bahan bacaan terbaru, terpercaya dan menjadi solusi.
 
Kedua, memahami makna tersirat dari yang tersurat. Ketiga, memiliki kemampuan berinovasi atau kreativitas. Keempat, literasi adalah kemampuan menghasilkan barang/jasa yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. “Itu artinya, masyarakat membutuhkan sarana perpustakaan mengubah kualitas hidupnya dari barang dan jasa yang dihasilkan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya,” beber Syarif Bando.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.