Dark/Light Mode

Wawancara Dengan Dubes Suryopratomo Setelah Jokowi Dan PM Lee Teken Kerja Sama

RI Aman Singapura Aman, RI Susah Singapura Susah

Kamis, 27 Januari 2022 07:55 WIB
Duta Besar Indonesia di Singapura, Suryopratomo. (Foto: Istimewa)
Duta Besar Indonesia di Singapura, Suryopratomo. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mengapa Singapura bersedia menandatangani perjanjian ekstradisi dan sekaligus memberikan sebagian kendali udara Natuna kepada Indonesia? Benarkah Singapura seperti kalah 2-0? Ternyata tidak seperti itu. Singapura selama ini, tidak pernah memandang Indonesia sebagai saingan. Justru, Singapura menginginkan Indonesia aman, maju dan berhasil.

“Bagi mereka, jika Indonesia aman, maka Singapura pun akan aman. Tapi bila, Indonesia susah, ya Singapura juga ikut susah,” kata Duta Besar Indonesia di Singapura, Suryopratomo kepada Rakyat Merdeka, dalam wawancara virtual, kemarin sore.

Makanya, Singapura memandang, penandatanganan perjanjian ekstradisi yang diikuti dengan kesepakatan Flight Information Region (FIR) adalah win-win solution, untuk kepentingan dan kebaikan bersama.

Baca juga : Semoga Kerja Sama Ekonomi RI-Singapura Makin Solid, Arus Investasi Mengalir Deras

Jadi, kata Dubes, Singapura, menginginkan negara yang mengapitnya, yaitu Indonesia dan Malaysia ini berhasil dan makmur. Apa yang terjadi pada Indonesia dan Malaysia, Singapura akan ikut terkena dampaknya. Karena itulah, saat ini, Singapura akan mendukung apapun yang diminta Pemerintah Jokowi.

Menggambarkan hubungan Indonesia-Singapura, Dubes mengatakan, kondisinya saat ini sangat baik. “Ini tanpa ada kecurigaan bahwa kita sedang dimanfaatkan atau apa,” ujarnya. Dubes berharap, hubungan bagus ini terus bisa dioptimalkan.

Singapura adalah negara yang sangat cerdas, perangkat hukumnya tegas dan memiliki networking investasi yang sangat luas dan besar. Bahkan, Amerika saja bisa memilih menanamkan investasinya di sana sampai ratusan miliar dolar AS.

Baca juga : Dubes Djauhari Oratmangun Jajaki Kerja Sama Industri Ban dengan China

Besarnya potensi Indonesia di masa depan, amat disadari oleh Singapura. Dulu, orientasi Singapura cenderung ke Eropa dan Amerika. “Tapi, belakangan sudah tahu. Bahwa masa depan itu adalah di Asia Pasifik, termasuk salah satunya Indonesia,” tegas Dubes Tommy.

Tentang perjanjian ekstradisi, yang kini jadi sorotan sekaligus harapan besar akan berdampak pada pengembalian uang hasil korupsi, Dubes menceritakan panjang lebar.

Lahirnya perjanjian ekstradisi, penting bagi kedua negara. Bagi Indonesia, perjanjian ini diharapkan bisa mengembalikan uang-uang hasil kejahatan ekonomi. Sementara, Singapura tidak ingin dianggap jadi safe heaven bagi pelaku kejahatan ekonomi. Mereka tak mau citranya rusak, karena dipersepsikan jadi tempat persembunyian koruptor.

Baca juga : Jaga Pasokan Pangan, Kementan Teken Kerja Sama dengan Supplier dan Produsen

Tapi apakah perjanjian ini bisa membuat koruptor dagdigdug?

Dubes Tommy mengatakan, bisa iya bisa tidak. Sikap Singapura pada dasarnya sama dengan Indonesia. Ada kesepakatan untuk membagi informasi soal korupsi, money laundering dan terorisme. Sehingga, setelah adanya tax amnesty, tak bisa lagi ada yang disembunyikan. Bahkan, membuka rekening di Singapura, tidaklah semudah yang dipikirkan orang. Mereka sangat detail menanyai calon nasabahnya. Apalagi bila yang mau buka rekening ini, kalangan pejabat atau tokoh dari luar Singapura, prosesnya panjang sekali.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.