Dark/Light Mode

Optimisme Piala Dunia, Oase Argentina Di Tengah Bayang Inflasi 88 Persen

Jumat, 16 Desember 2022 13:13 WIB
Lionel Messi, bintang Argentina di Piala Dunia 2022 Qatar. (Foto: Instagram)
Lionel Messi, bintang Argentina di Piala Dunia 2022 Qatar. (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perekonomian Argentina, saat ini mungkin sedang tenggelam. Namun, seluruh warganya diliputi semangat tinggi. Menyambut pertarungan martabat bangsa di final Piala Dunia 2022, melawan Les Bleus Prancis, Minggu (18/12).

Mimpi besar meraih gelar Juara Dunia ketiga, setelah 36 tahun tahun berlalu, seolah membuat mereka lupa akan kesengsaraan hidup saat ini. 

Titik terang bangkitnya kejayaan sepak bola Argentina terlihat, di tengah lonjakan inflasi yang nyaris mencapai tiga digit di tahun ini. Sesuatu yang hampir tidak dapat dipercaya.

Kamis (15/12), lembaga statistik INDEC menerbitkan indeks harga untuk November, yang mencapai sekitar enam persen. Inflasinya, sudah mencapai 88 persen selama 12 bulan terakhir. Tak ada perlambatan.

Dalam beberapa dekade, Argentina memang dihimpit inflasi dua digit. Tetapi, entah kenapa, terasa ada optimisme bahwa kesuksesan sepak bola dan keajaiban Messi, dapat mengurangi himpitan beban jutaan orang di negara yang tingkat kemiskinannya lebih dari 40 persen.

Sebelum Piala Dunia Qatar dimulai, Menteri Tenaga Kerja Argentina Kelly Olmos bahkan sempat ditanya, apakah menurunkan inflasi lebih penting daripada menjuarai Piala Dunia.

Baca juga : Lionel Messi: Argentina Ke Final Berkat Arab Saudi

Dia bilang, kita harus terus bekerja melawan inflasi. Namun, kurun waktu satu bulan tidak akan membuat perbedaan besar.

"Dari sudut pandang moral, menyadari arti penting Piala Dunia bagi semua orang Argentina, kami ingin Tim Tango jadi juara. Warga Argentina, sangat pantas mendapatkan kegembiraan," papar Olmos seperti dikutip RTL Today.

Dia pun membandingkan situasi saat ini, dengan kesuksesan Piala Dunia pertama Argentina pada tahun 1978. Kala itu, Argentina berada di bawah kediktatoran militer.

"Kami berada di bawah kediktatoran, dianiaya. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Tapi, Argentina bisa jadi juara. Kami pun merayakannya di jalanan," kenangnya.

"Kami lalu kembali ke kenyataan pahit, yang seolah tiada henti," sambungnya.

Di tengah gempita pesta sepak bola akbar empat tahunan, warga Argentina hanya bisa berkerumun di sekitar layar televisi. Mereka berbondong-bondong nobar di bar, rumah, atau tempat-tempat lainnya.

Baca juga : Argentina Vs Kroasia, Lautaro Martinez Bakal Jadi Pembeda

Sebagian besar tak pernah bermimpi untuk membeli tiket ke Qatar. Maklum, upah rata-rata mereka hanya 66.500 peso atau sekitar Rp 6 jutaan.

"Tapi, sepak bola dan situasi ekonomi berada di jalur paralel, tak bertemu," kata Lucrecia Presdiger, seorang pekerja rumah sakit berusia 38 tahun, kepada AFP, usai kemenangan perempat final Argentina atas Belanda.

"Banyak orang benar-benar membutuhkan kegembiraan ini, dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Tapi mereka tidak memahaminya secara harfiah. Mereka tahu, itu hanya sepak bola. Mereka sangat menyadari masalahnya," imnuhnya.

Bagi desainer Tony Molfese, kemenangan Argentina akan menjadi semacam kelegaan. Bagai menikmati udara segar, dan memberi atmosfer kegembiraan.

"Kami pantas mendapatkannya," ucap Molfese.

Sementara

Baca juga : Ternyata Ini Alasan Otomendi Ejek Pemain Belanda

Terlepas dari hasrat besar yang diilhami sepak bola, dosen sekaligus penulis Ariel Scher mengatakan, hal itu hanya sebuah permainan.

"Sepak bola memberikan kegembiraan individu dan kolektif, tetapi kegembiraan itu bersifat sementara. Ini seperti ketika anak kita lulus ujian. Kita senang, tapi itu tak bisa untuk membayar tagihan," papar Scher kepada AFP.

Dalam jajak pendapat November, lebih dari tiga perempat orang Argentina mengatakan, keberuntungan negaranya di Piala Dunia, berdampak pada moral masyarakat.

Bahkan, 32 persen meyakini, hasil itu akan mempengaruhi pemilihan presiden berikutnya, dalam waktu 10 bulan ke depan.

Sementara Ahli Politik Raul Aragon menuturkan, terlepas dari apa yang terjadi pada final Minggu (18/12), suasana sosial akan kembali seperti sebelumnya.

"Tidak ada kekuatan politik yang dapat mengkapitalkan event kemenangan apa pun," cetusnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.