Dark/Light Mode

Dukung Mahasiswa Tolak RUU Ekstradisi, Ribuan Guru Hong Kong Turun ke Jalan

Sabtu, 17 Agustus 2019 12:05 WIB
Sambil payungan, ribuan guru Hong Kong turun ke jalan, mendukung aksi demo mahasiswa yang menentang pemberlakuan RUU Ekstradisi, Sabtu (17/8). (Foto: SCMP)
Sambil payungan, ribuan guru Hong Kong turun ke jalan, mendukung aksi demo mahasiswa yang menentang pemberlakuan RUU Ekstradisi, Sabtu (17/8). (Foto: SCMP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berpakaian serba hitam, ribuan guru dan pengajar di Hong Kong, turun ke jalan di sepanjang Charter Garden, tak jauh dari kediaman Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, pada Sabtu (17/8). Ini adalah bentuk solidaritas mereka kepada pendemo pro demokrasi, yang sudah melakukan aksi protes selama dua bulan lebih.

Di tengah rintik hujan, para guru ini tetap melaksanakan aksi bertema "Jaga Generasi Penerus, Mari Sampaikan Aspirasi", di bawah naungan payung. Mereka mendukung gerakan protes yang sudah berlangsung selama 11 pekan terakhir.

Seperti dilansir South China Morning Post, Sabtu (17/8), para guru ini turun ke jalan karena menilai pemerintah telah gagal memenuhi lima permintaan pendemo, yang sudah berunnuk rasa selama dua bulan terakhir.

Aksi para guru ini adalah satu dari tiga aksi protes yang dilakukan pada Sabtu (17/8) pukul 11.30 WIB.

Baca juga : Unjuk Rasa Tak Usai Lumpuhkan Pariwisata Hong Kong

Meski prakiraan cuaca menyebut hujan badai akan turun pada sore hari, para guru ini tidak gentar. Mereka tetap melanjutkan aksi solidaritasnya. Chan Hoi-yee (37) seorang guru setingkat SMP mengaku ikut demi, karena merasa  emerintah sudah tidak lagi mendengarkan aspirasi warganya.

Kelompok pro demokrasi, Demosisto, yang dipimpin aktivis Joshua Wong Chi-fung, mengajak para guru sekolah menengah untuk mengadakan aksi protes rutin setiap Senin, hingga waktu yang tidak ditentukan.

Imbauan ini dikritik Menteri Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung Yun-hung. Menurutnya,  ajakan tersebut akan mengganggu kegiatan belajar mengajar di wilayah tersebut. Chan menyebut bahwa aksi demo setiap Senin terbuka untuk siapa saja. Namun, dia tidak menyarankan murid-muridnya ikut dalam aksi demo.

"Kebanyakan dari mereka mungkin tidak paham dengan motif aksi ini. Kalau ada yang ikut demo, mungkin mereka hanya ikut-ikutan," ujar Chan.

Baca juga : Desak Pemilu Adil, 50 Ribu Warga Rusia Turun ke Jalan

"Tapi, kalau mau ikut, saya menghargai keputusan mereka," sambungnya.

Hingga pukul 12.30 waktu setempat, suasana di pusat Hong Kong mulai sesak dengan bertambahnya peserta aksi. Stasiun MRT mulai terlihat padat dengan penumpang yang sudah berkostum hitam-hitam.

Mereka adalah para murid sekolah menengah atas, yang rencananya melakukan aksi mulai sore hingga malam. Para murid ini mendesak Inggris dan Amerika Serikat turun tangan membantu gerakan pro demokrasi.

Berdasarkan survei Demosisto, dua dari tiga murid mendukung aksi menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Ekstradisi. RUU ini membuat pelaku kejahatan di Hong Kong bisa dibawa ke China daratan, dan menerima hukuman dari pemerintah pusat Beijing.

Baca juga : Takut Tekanan China, Warga Hong Kong Kabur Ke Australia

Warga Hong Kong khawatir, RUU ini akan dieksploitasi China. Selama ini, negeri Tirai Bambu dinilai tidak menghormati nilai HAM dalam penegakan hukum mereka. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.