Dark/Light Mode

Harga Migas Negeri Paman Sam Melonjak

AS Paling Diuntungkan Perang Rusia-Ukraina

Rabu, 22 Februari 2023 05:05 WIB
Duta Besar Ukraina untuk Jerman Oleksii Makeiev (kanan) berdiri di atas tank Leopard saat berkunjung ke 
tempat tentara Ukraina dilatih menggunakan tank Leopard, di 
pangkalan militer Jerman di Munster, Jerman, 20 Februari 2023. (Foto Reuters/Fabian Bimmer)
Duta Besar Ukraina untuk Jerman Oleksii Makeiev (kanan) berdiri di atas tank Leopard saat berkunjung ke tempat tentara Ukraina dilatih menggunakan tank Leopard, di pangkalan militer Jerman di Munster, Jerman, 20 Februari 2023. (Foto Reuters/Fabian Bimmer)

 Sebelumnya 
Keuntungan lain, China mendapat energi dengan harga diskon dari Rusia. Lembaga konsultansi bisnis energi, Energy Aspects, menaksir China akan mengimpor hingga 2,2 juta barel minyak per hari dari Rusia pada 2023.

Bukan hanya China, India pun mendapat sumber energi murah dari Rusia gara-gara boikot AS dan sekutunya. Dalam laporan Nikkei pada Jumat (18/2), terungkap impor India dari Rusia melonjak. Dari 7,7 miliar dolar AS pada Januari-Oktober 2021 menjadi 37,3 miliar dolar AS pada Januari-Oktober 2022.

Bloomberg dan Reuters memberitakan, ekspor minyak Rusia ke India melonjak 70 persen sepanjang Januari 2023. Setidaknya enam tanker mengangkut minyak dari Rusia ke India pada Desember 2022 hingga awal Januari 2023.

New Delhi mengabaikan permintaan AS dan sekutunya untuk menghentikan impor energi dari Rusia. Bahkan, India pernah mengejek Uni Eropa (UE) karena Brussels, Belgia, meminta New Delhi berhenti mengimpor energi dari Moskow.

Baca juga : Lawan Persija, Barito Putera Diuntungkan Masa Pemulihan

Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar menyindir, minyak Rusia yang dibeli UE dalam semalam lebih banyak dari minyak Rusia yang dibeli India dalam beberapa bulan.

Negara besar lainnya yang mendapat keuntungan adalah AS. Boikot pada komoditas energi Rusia membuat gas alam dan minyak AS bisa masuk pasar Eropa. Padahal, harganya berkali lipat lebih mahal dibandingkan milik Rusia.

Dosen Georgetown University Trita Parsi menyebut, sebagian pihak keberatan dengan miliaran dolar AS yang diberikan Washington ke Kiev. Padahal, AS mendapat keuntungan amat banyak dari perang itu.

Bahkan setahun menjelang setahun operasi militer Rusia di Ukraina, Senin (20/2) waktu setempat, Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan yang dijaga kerahasiaannya, ke Kiev, Ukraina. Pada kesempatan itu, ia menjanjikan bantuan militer baru senilai 500 juta dolar untuk Ukraina.

Baca juga : Kerja Maksimal, Erick Thohir Disebut Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat

Sampai Desember 2021, AS setengah mati menjaga keutuhan dan relevansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Para anggota NATO di Eropa keberatan menambah anggaran pertahanan mereka. AS harus mengeluarkan biaya besar untuk operasional NATO di Eropa.

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev menyebut AS adalah pihak yang paling diuntungkan dari perang antara Rusia dan Ukraina.

Dikutip Tass, Januari lalu, Patrushev mengatakan, lembaga keuangan dan beberapa perusahaan AS menggunakan sanksi terhadap Rusia sebagai batu lompatan untuk berekspansi di Eropa.

Melihat kondisi saat ini, segmen pasar gas Eropa telah dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan asal Paman Sam. Tak hanya energi, AS juga disebut memiliki minat yang kuat di semikonduktor dan sektor teknologi tinggi lainnya di Eropa.

Baca juga : Golkar Jadi Primadona, Manuver PDIP Paling Ditunggu 

Sebelumnya, Rusia adalah pemasok energi yang signifikan ke Eropa, terutama gas alam. Namun, setelah konflik di Ukraina, gas bersama minyak dan batubara Rusia di embargo Benua Biru.

Bahkan, beberapa di antaranya memutuskan untuk memutus pasokan energi Rusia seluruhnya dalam beberapa tahun ke depan. Dalam surat yang diterbitkan di tabloid VG, pengamat politik dari Oslo Peace Research Institute Henrik Urdal mengatakan, Norwegia adalah satu-satunya negara di Eropa yang mendapat untung dari perang.

Pendapatan minyak dan gas negara Skandinavia yang kaya itu telah melonjak dan mencatat rekor selama 12 bulan terakhir karena harga energi naik tiga kali lipat setelah serangan Rusia ke Ukraina. Karena Norwegia menggantikan Rusia sebagai pemasok gas alam terbesar di Eropa.

Kini, perang pun semakin berarut-larut sehingga sudah sangat sulit mengajak semua pihak untuk mundur dari posisinya masing-masing. Baik Ukraina atau Rusia. Tidak ada yang mau mengalah dan mundur. Tidak ada yang tahu kapan perang ini akan berhenti total. â–  

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.