Dark/Light Mode

Tulisan Lyudmila Georgievna Vorobieva, Duta Besar Rusia Untuk Indonesia

Satu Tahun Operasi Militer Khusus Rusia Di Ukraina

Sabtu, 25 Februari 2023 04:30 WIB
Dubes Lyudmila Vorobieva. (Foto Khairizal Anwar)
Dubes Lyudmila Vorobieva. (Foto Khairizal Anwar)

 Sebelumnya 
Hal-hal inilah yang membuat Rusia tidak memiliki pilihan lain, selain mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) pada 21 Februari 2022 dan melancarkan operasi militer khusus pada 24 Februari 2022 yang bertujuan melindungi Donbass, untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Serta, menghilangkan ancaman yang berasal dari wilayahnya terhadap keamanan Tanah Air kami.

Pada 23-27 September 2022, penduduk Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, wilayah (oblast) Kherson dan Zaporozhye melalui pemungutan suara yang sah, memilih untuk bergabung ke dalam Federasi Rusia. Mereka dapat menentukan nasib sendiri sesuai dengan Piagam PBB, Kovenan Internasional tentang Hak Asasi Manusia tahun 1966, Perjanjian Helsinki tahun 1975, serta Opini nasihat Mahkamah Internasional tentang Kosovo tanggal 22 Juli 2010.

Baca juga : Utusan Khusus Australia Bidik Penguatan Kerja Sama Ekonomi

Bersamaan dengan hal tersebut, Barat terus mengucurkan senjata ke Ukraina, mengirimkan data satelit dan data intelijen lainnya ke komando Angkatan Bersenjata Ukraina. Serta, berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi militer. Mereka masuk ke pertempuran dengan menggunakan kedok Perusahaan militer swasta (PMC) dan instruktur militer, serta negara-negara NATO ternyata menjadi pihak yang turut serta dalam konflik tersebut.

Menurut perkiraan, jumlah bantuan militer Amerika yang telah diberikan kepada Kiev sejak awal operasi militer khusus telah mencapai 24,5 miliar dolar AS. Sedangkan Uni Eropa mengalokasikan sekitar 28 miliar dolar AS.

Baca juga : Dubes Djauhari Resmikan Indonesia Experience Center Di Shanghai

Pada saat yang sama, Amerika Serikat dan sekutunya berkontribusi pada perdagangan ilegal atas peralatan militer yang mereka pasok. Secara de facto tidak dilakukan pencatatan terhadap nomor seri persenjataan tersebut, karena tidak tertuang dalam dokumen pelaporan.

Sehingga untuk melacak lokasi mereka di dalam wilayah negara menjadi tidak mungkin. Setiap bulannya nilai perdagangan senjata di Ukraina mencapai hampir 1 miliar dolar Amerika. Dan, senjata-senjata itu kemudian ditemukan di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.