Dark/Light Mode

Workshop 1: Net-Zero Emissions 101, ICJN FPCI-Kedubes Denmark

Dino: Soal Iklim, Denmark Nganggap Seperti Agama

Sabtu, 15 April 2023 07:07 WIB
Perwakilan Kedubes Denmark di Indonesia; Chargé d’Affaires/ Wakil Kepala Misi, Per Brixen (berdiri ke-4 kiri); Kepala Kerjasama Energi/Konselor Sektor Energi, August Axel Zachariae (berdiri di tengah); Political Officer, Vremita Desectia Amretasari (berdiri/kiri); Spesialis Komunikasi Iklim Yayasan Indonesia CERAH, Arie Rostika Utami (berdiri/ke-4 kanan); Direktur Unit Iklim  Wakil Direktur Riset  Analisis FPCI, Esther N. S. Tamara (berdiri/ke-2 kiri) bersama para peserta Workshop 1: Net-Zero Emissions 101, Indonesian Climate Journalist Network (ICJN) FPCI  Kedubes Denmark. [Foto: Dok FPCI]
Perwakilan Kedubes Denmark di Indonesia; Chargé d’Affaires/ Wakil Kepala Misi, Per Brixen (berdiri ke-4 kiri); Kepala Kerjasama Energi/Konselor Sektor Energi, August Axel Zachariae (berdiri di tengah); Political Officer, Vremita Desectia Amretasari (berdiri/kiri); Spesialis Komunikasi Iklim Yayasan Indonesia CERAH, Arie Rostika Utami (berdiri/ke-4 kanan); Direktur Unit Iklim Wakil Direktur Riset Analisis FPCI, Esther N. S. Tamara (berdiri/ke-2 kiri) bersama para peserta Workshop 1: Net-Zero Emissions 101, Indonesian Climate Journalist Network (ICJN) FPCI Kedubes Denmark. [Foto: Dok FPCI]

 Sebelumnya 
COP (Conference of Parties) adalah badan pembuat keputusan tertinggi sebuah konvensi atau kesepakatan dari United Nations Framework on Climate Change (UNFCCC). Tugas utama COP adalah meninjau pelaksanaan UNFCCC dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim.

Sementara COP26, dilansir dari BBC dan laman resmi United Nations Climate Change, adalah badan pembuat keputusan tertinggi dari UNFCCC, yang ditandatangani pada 1992, meski COP pertama kali diadakan pada Maret 1995 di Berlin, Jerman.

Direktur Unit Iklim & Wakil Direktur Riset & Analisis FPCI, Esther N. S. Tamara. [Foto: Dok FPCI]

Baca juga : Hukum Dianggap Seperti Lawakan

Komitmen iklim Indonesia pada COP-26 di Glasgow, dengan target pencapaian Net-Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat ini, sebenarnya sebagai komitmen Indonesia, dalam mengatasi ancaman perubahan iklim, akibat emisi gas rumah kaca (GRK).

Pihaknya, ujar Dino, ingin terus mendorong Pemerintah Indonesia, agar target itu terus lebih cepat ke 2050, atau bahkan ke 2045. “Kami yakin. Yang jelas, perubahan ke sana terus terjadi. Bagi FPCI, kampanye iklim adalah prioritas nomor satu!,” tegasnya lagi.

Baca juga : Menakut-nakuti Ayam, Divonis Penjara 6 Bulan

Bahkan sejak 2021, terang mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia ini, FPCI terus mendorong Pemerintah, untuk lebih memberikan perhatian kepada masalah perubahan iklin ini. Bahkan, demi menarik perhatian publik, FPCI pun turut melibatkan sejumlah selebritis dalam kampanye iklimnya ini.

Menurut Dino, respon Pemerintah sempat melemah akibat pandemi Covid. Tapi kini kembali bergerak. Bahkan Presiden Jokowi akhirnya menghadiri sejumlah pertemuan yang membahas masalah perubahan iklim.

Baca juga : Menkes Singapura: XBB.1.16 Menarik Karena Dikasih Nama Sexy Arcturus

Di saat yang sama, FPCI menurutnya juga terus aktif mengkampanyekan Net Zero Indoiensia. “Meski awalnya Pemerintah ogah-ogahan, tapi akhirnya Pemerintah berkomitmen pada Net Zero 2060.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.