Dark/Light Mode

Perang Saudara Di Sudan

Khartoum Membara, Pemimpin Dunia Syok

Senin, 17 April 2023 04:36 WIB
ASAP MEMBUMBUNG TINGGI: Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar Bandara Internasional Khartoum, Sabtu, 15 April 2023, di tengah bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter Sudan
ASAP MEMBUMBUNG TINGGI: Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar Bandara Internasional Khartoum, Sabtu, 15 April 2023, di tengah bentrokan antara militer dan pasukan paramiliter Sudan

 Sebelumnya 
Diberitakan BBC, kemarin, Utusan Khusus PBB untuk Sudan Volker Perthes dan Duta Besar Saudi untuk Sudan Ali Bin Hassan Jafar, menghubungi Kepala RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo dan komandan militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan untuk mencoba mengakhiri kekerasan.

Bentrokan berpusat di Khartoum, tetapi juga terjadi di daerah lain di seluruh negeri termasuk provinsi utara, wilayah Darfur yang dilanda konflik, dan kota pantai strategis Port Sudan di Laut Merah.

Analis di Center for Strategic and International Studies di Washington DC Cameron Hudson mengatakan kepada Aljazeera, reformasi sektor keamanan telah menjadi bagian penting dari transisi demokrasi di Sudan.

Baca juga : Korban Bentrokan Kudeta Sudan Bertambah, 56 Tewas 595 Terluka

“Ada proses yang lebih intensif selama satu atau dua bulan terakhir untuk mencoba menengahi RSF dan militer Sudan,” ujarnya.

Perang sengit di antara dua institusi militer di negara timur laut Afrika ini, terjadi sejak Sabtu (15/4), untuk memperebutkan kekuasaan. Bahkan keduanya saling mengklaim telah menguasai tempat-tempat strategis, yakni Istana Kepresidenan dan Bandara Internasional. Setidaknya 57 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam insiden tersebut, kemarin.

Juru Bicara Militer Sudan Brigjen Nabil Abdallah mengatakan, bentrokan dengan RSF sedang berlangsung dan tentara menjalankan tugasnya untuk melindungi negara. Angkatan Udara Sudan menyerang sejumlah markas dan gudang senjata RSF usai pendudukan Istana. RSF adalah kelompok paramiliter berpengaruh di Sudan yang dibentuk sejak Perang Darfur 2013.

Baca juga : Ngeri, Bentrokan Kudeta Di Sudan Tewaskan 25 Orang, 183 Luka-Luka

Dilansir Associated Press, ketegangan antara tentara Sudan dan RSF dipicu tidak adanya kesepakatan tentang bagaimana RSF diintegrasikan ke dalam militer. Termasuk otoritas apa yang dapat mengawasi proses tersebut. Merger kedua pasukan Sudan itu disebut sebagai syarat utama dari perjanjian transisi Sudan.

Beruntung, konflik bersenjata ini tidak melukai satupun Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di sana. Kedutaan Besar Indonesia Republik Indonesia (KBRI) Khartoum menginfokan tidak ada WNI yang terlibat dan menjadi korban.

KBRI Khartoum mengimbau seluruh WNI yang berada di Sudan tetap tenang, waspada, menghindari titik rawan dan tidak keluar tempat tinggal serta menjauhi jendela. Saat ini, ada sekitar 1.209 WNI yang menetap di Sudan. WNI di Sudan bisa menghubungi kontak KBRI Khartoum +249 90 797 8701 dan +249 90 007 9060 un￾tuk kondisi darurat.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.